Quantcast
Channel: roelly87.com
Viewing all 498 articles
Browse latest View live

(Esai Foto) Menikmati Ketenangan di Danau Linow

$
0
0


Gemuruh ombak di pantai Kuta
Sejuk lembut angin, di bukit Kintamani
Gadis-gadis kecil menjajakan cincin
Tak mampu mengusir kau yang manis

Bila saja kau ada di sampingku
Sama-sama arungi danau biru
Bila malam enggan terpejam
Berbincang tentang bulan merah...

SEPENGGAL lirik "Nyanyian Rindu" dari Ebiet G. Ade mengalun sore itu. Lagu yang populer dari album Camelia IV itu, sungguh masih sedap didengar meski lewat 36 tahun silam. Pun ketika saya berada pada lokasi yang jauh dari Bali. Tepatnya, di Tomohon, Sulawesi Utara, 3 Februari lalu saat bergabung dengan rekan blogger dan media dalam rombongan Indosat Ooredoo.

*        *       *

Perjalanan kami yang berjumlah lebih dari 30 orang dimulai seusai menghadiri perkenalan aplikasi Dompetku Nusantara dari salah satu operator terbesar di negeri ini. Dari Pelabuhan Bitung, kami menggunakan bus menuju Tomohon yang menurut aplikasi Google Maps di telepon seluler (ponsel) saya berjarak sekitar 85 km. Sepanjang jalan, terhampar berbagai pemandangan indah. Salah satunya, Monumen Yesus Memberkati yang berdiri gagah.

*        *       *

Setelah dua jam perjalanan, akhirnya kami sampai sore itu. Menurut portal Indonesia.go.id, Danau Linow memiliki luas sekitar 34 Ha. Lokasinya berada di kelurahan Lahendong, Kota Tomohon. Oh ya, danau ini memiliki kadar belerang yang tinggi. Jadi, pengunjung yang datang harus berhati-hati karena ada beberapa kubangan lumpur dengan panas mendidih yang berada di tepi danau.
*        *       *

Menurut rekan blogger Ophi Ziadah dalam artikelnya berjudul "Eksotisme Tiga Warna Danau Linow Tomohon," airnya kerap berubah jadi tiga warna. Itu mengapa Danau Linow jadi salah satu destinasi unggulan Sulawesi Utara selain Taman Laut Bunaken, Danau Tondano, dan kota Manado.
*        *       *

Saya, Ani Berta, Indra Hutapea, dan Aditya yang merupakan perwakilan blogger bersama rekan redaktur ekonomi dan gadget seluruh Indonesia, sangat takjub dengan keindahan Danau Linow. Kebetulan, kami tiba ketika hari masih cerah. Saya melirik arloji di tangan kiri baru menunjuk angka lima lewat 35 menit Waktu Indonesia Tengah (Wita).
*        *       *

*        *       *

Di era sekarang, kurang afdol jika tidak langsung mengabadikan pemandangan indah ini. Saat keluar dari bus, kami pun berpencar mencari spot menarik sebagai dokumentasi yang akan dibanggakan untuk cerita kelak bersama anak dan cucu.
*        *       *

Termasuk saya yang tak mau ketinggalan. Berbekal kamera ponsel, saya pun menjelajah di berbagai sudut danau Linow. Tidak ketinggalan, mencari informasi kepada beberapa petugas yang memang warga setempat.
  
*        *       *

"Yang pake baju merah, jangan sampe lolos."
*        *       *

"Tempat ini sangat strategis. Banyak seleb (maksudnya- selebritis), anggota dewan (pejabat DPRD dan DPR) yang singgah di sini," kata salah satu pramusaji di kafe itu kepada saya. "Bahkan, kita sering menyaksikan pemuda 'menembak' di sini. Ada yang wajahnya muram, dan tak lama langsung pulang walau sudah pesan tempat. Tapi banyak juga yang cintanya berhasil."
*        *       *

*        *       *

Ligia yang merupakan pemandu wisata kami selama tiga hari di Sulawesi Utara, mengatakan, "Kafe ini letaknya strategis. Jadi dari sini bisa memandang ke berbagai arah di danau Linow. Tuh, lihat saja airnya di bibir danau dengan di tengah dan ujung danau berbeda."
*        *       *

Setelah mendengarkan penjelasan dari mantan Nona Manado itu, kami pun asyik untuk mengabadikan suasana di sekitar danau Linow. Ada yang memotret, rekam video, hingga mengunggahnya di media sosial.

*        *       *

Untuk menunjang aktivitas itu, tak lupa kami juga ditemani berbagai cemilan. Sejuknya udara di danau Linow membuat saya tak kuasa untuk menerima sodoran kopi dari pramusaji yang sekilas wajahnya mengingatkan saya pada pameran Lala dalam sinetron Bidadari II.

*        *       *

*        *       *

Menjelang malam, memandang setiap sudut danau Linow sungguh membuat kami terhipnotis dan enggan beranjak. Dari kejauhan terdengar suara burung Blibis yang menurut Ligia, oleh warga setempat diberi nama "Sayok" dan "Komo". 

*        *       *

*        *       *

Suatu senja yang sangat berkesan. Ketenangan di danau Linow membuat saya sejenak melupakan kepenatan sehari-hari. Itu mengapa Ophi melukiskan dalam artikelnya, "Kangen, pengen balik lagi." Pernyataan sama diungkapkan Ani melalui instagram-nya, "Nikmat (Tuhan kamu manakah) yang kamu dustakan."
*        *       *

*        *       *

Dari arah timur, dewi rembulan sudah menampakkan wajahnya. Pada saat yang sama, sang surya sudah jauh meninggalkan kami menuju barat. Itu berarti, saya dan rombongan sudah harus bersiap untuk kembali ke penginapan. Belasan pramusaji sibuk membereskan kursi, meja, piring, dan peralatan masak. Pun begitu dengan beberapa pasangan serta keluarga yang beranjak ke arah gerbang. Sayup-sayup suara Ebiet terdengar merdu.

Coba engkau dengar lagu ini
Aku yang tertidur dan tengah bermimpi
Langit-langit kamar jadi penuh gambar
Wajahmu yang bening, sejuk, segar

Kapan lagi, kita akan bertemu
Meski hanya sekilas, kau tersenyum
Kapan lagi, kita nyanyi bersama
Tatapanmu, membasuh luka..."
 

*        *       *        *        *       *
*        *       *        *        *       *
*        *       *        *        *       *

*        *       *

*        *       *
*        *       *
*        *       *
- Jakarta, 4 Maret 2016

(Esai Foto) Kopdar CNI Perdana Bersama Fun Blogging

$
0
0



SIANG itu, jalanan ibu kota tampak lenggang. Saya pun membelah jalur sepanjang Gatot Subroto-Rasuna Said, dengan lancar menuju kawasan Plaza Festival, Jakarta Selatan, Minggu (5/3). Sesampainya di resto Burger King, sudah ramai dipenuhi puluhan rekan blogger. Ya, saat itu, ada acara yang diselenggarakan komunitas Fun Blogging bekerja sama dengan Gerai CNI. Seusai mengisi absensi, saya langsung mencari bangku kosong yang bersebelahan dengan mentor blogger sejak 2011, Dian Kelana.

*        *        *

Acara bertema Digital Marketing Sharing ini dibuka dengan sambutan dari perwakilan Gerai CNI, Gustia Lendra. Selanjutnya, sosok yang murah senyum ini mengumumkan pemenang live tweet yang diraih Kornelius Ginting. Blogger yang memiliki blog di alamat korneliusginting.web.id ini memang sangat update. Itu bisa dilihat dari berbagai artikel dan juga interaktifnya di media sosial.

*        *        *


Event bertajuk #KopdarCNI ini menampilkan dua pembicara. Pertama, Niko Riansyah yang mengelola sosial media dan advertising Gerai CNI. Selanjutnya,perwakilan pengurus Fun Blogging, Ani Berta, yang merupakan salah satu blogger anutan saya di dunia blog.

*        *        *


Sesi selanjutnya pemaparan dari Niko. Kebetulan, saya tidak asing lagi dengan pria yang mengelola sosial media, komunitas, dan advertising Gerai CNI ini. Sebab, tahun lalu pernah mendapat ilmu darinya mengenai program afiliasi untuk blogger.

Dalam kesempatan itu, Niko, berbagi informasi mengenai digital marketing. Salah satunya yang menurut saya sangat menarik ketika pemilik akun twitter @nikoriansyah ini menjelaskan tentang peran facebook dan google dalam memasarkan produk. Menurut Niko, kedua layanan internet itu jadi salah satu sumber utama www.GeraiCNI.com.

Sekadar informasi, Gerai CNI merupakan perusahaan yang menyediakan berbagai produk via online. Mulai dari makanan dan minuman kesehatan, obat herbal, kecantikan, busana, tas, hingga peralatan rumah tangga. Sebagai penggemar kopi, saya beruntung pernah memesan salah satu produk dari Gerai CNI, yaitu kopi ginseng.

*        *        *


Berikutnya, sesi tanya jawab. Kebetulan, salah satunya diajukan Putri Kartika Mentari yang duduk satu meja dengan saya bersama Sari Novita dan Riri Restiani. Wanita yang merayakan ulang tahun berbarengan dengan HUT Indonesia itu, sangat antusias menyimak rangkaian acara. Tidak hanya bertanya saja, bahkan Putri turut men-share informasi melalui twitter-nya.

Menjelang sesi pamungkas dari Ani, saya melirik telepon seluler (ponsel) yang bergetar berkali-kali. Ternyata, saat itu sudah ada beberapa notifikasi dari grup whatsapp. Pertanda, saya harus kembali ke kantor, mengingat jam di ponsel saya sudah menunjukkan pukul 15.30 WIB. Alias, saya punya waktu setengah jam untuk membelah lagi jalur Rasuna Said-Gatot Subroto.  Sebelumnya, memang saya sudah konfirmasi terlebih dulu, jika hanya bisa mengikuti #KopdarCNI setengah acara.

Dari atas kawasan Kuningan, tampak Matahari bersinar cerah. Seperti cerahnya ilmu yang didapat saya usai menghadiri #KopdarCNI meski tidak sampai selesai.

*        *        *



Tiba di kantor, saya langsung membereskan laptop, charger ponsel, power bank, dan berbagai peralatan kerja. Ternyata, kendaraan yang akan saya tumpangi masih mengisi bahan bakar minyak (BBM) di Kebayoran. 15 menit waktu sebelum bus yang akan membawa saya menuju kota kembang sampai, saya pun mengisinya dengan menyalakan komputer sejenak.

Sambil ditemani hangatnya secangkir Up Green Tea, saya membuka twitter untuk menyimak perkembangan acara dengan sesi Ani bertajuk "Mengelola dan Produksi Konten". Kebetulan, saat melirik beranda, tagar #KopdarCNI jadi trending topic di Indonesia. Itu berarti, cuitan dari peserta yang hadir mendapat sambutan hangat dari rekan-rekan blogger lainnya.

Salah satunya dari salah satu pengurus Fun Blogging, Haya Aliya Zaki. Sosok yang selama setahun ini banyak menginspirasi saya dalam dunia blog itu intens mengikuti perkembangan #KopdarCNI. Myra Anastasia mencuit sharing dari Ani, "Sebagai seorang blogger, sebaiknya fokus terlebih dahulu untuk belajar memperkaya konten." Pada saat yang sama, akun @zataligouw, melukiskan, "Teh @aniRingo memberi contoh acara yg ia jadikan 2 tulisan yaitu reportase kegiatan dan exclusive press conference #KopdarCNI @CNI_ID."

Sayangnya, ketika tengah asyik menyimak twit dari rekan-rekan lain, kendaraan yang akan saya tumpangi sudah tiba. Itu berarti, saya bakal kembali lagi melewati jalur Gatot Subroto-Rasuna Said menuju kawasan Kuningan. Namun, bukan di Plaza Festival, melainkan sebelahnya di Epicentrum, yang berlanjut menembus Cawang hingga ke arah timur.

*        *        *
Artikel terkait:
- CNI Tawarkan Program Afiliasi untuk Blogger
- Tiga Dara Blogger
- Tips Ngeblog Asyik: Jalin Hubungan Baik dengan Komunitas Blogger (I)
- Tips Ngeblog Asyik: Pentingnya Mengisi Daftar Hadir

Esai Foto sebelumnya:
*        *        *

- Bandung, 7 Maret 2016

(Esai Foto) Selamat Ulang Tahun ke-45 Tempo dan Terus Berkembang Indonesiana

$
0
0

#TEMPO45Tahun
"ALAMATNYA bukan di Mayestik, pak. Tapi, di Palmerah," kata saya kepada rekan sopir yang mengantar kepulangan dari Bandung.

"Lha, setahu saya deket Kebayoran. Soalnya, dua tahun lalu saya pernah ke sana," pria asal Tebet ini menjelaskan.

"Gue baca di tempo.co, alamat perusahaan di Palmerah Barat, bro. Tapi, (alamat) redaksinya di Mayestik. Coba aja datengin satu per satu," tutur rekan saya menimpali sambil memperlihatkan laman situs tersebut pada layar telepon seluler (ponsel).

"Ga tahu juga deh. Di majalahnya malah alamat redaksi dan perusahaan sama-sama di Palmerah. Tadi, sih mbak yang telepon cuma bilang lantai tujuh. Pas ane telepon balik malah ga aktif. Ya udah nanti turunin saya di kantor aja pak. Ntar dari GBK saya naik motor ke Palmerah, kan dekat," saya menjelaskan.
*       *       *
#TEMPO45Tahun

Percakapan itu terjadi ketika kendaraan yang saya tumpangi memasuki kawasan Kuningan, Jakarta Selatan. Rencana saya mau ke kantor Tempo untuk mengambil hadiah pemenang lomba blog Indonesiana bertema Figur Inspiratif. Itu setelah pagi harinya saya mendapat telepon dari perwakilan mereka. 

Singkatnya, saya tiba depan gedung yang menjulang gagah dan unik. Setelah bertanya ke petugas keamanan, ternyata bangunan berbentuk kubus itu yang atasnya diagonal itu memang benar milik Tempo. Di lobi berderet puluhan bunga ucapan dari berbagai perusahaan kakap di negeri ini untuk majalah yang Minggu lalu genap 45 tahun.
*       *       *
#TEMPO45Tahun

Saat menuju lift, saya melewati ruangan yang berisi berbagai majalah atau koran yang mungkin akan diedarkan. Seketika, saya jadi teringat obrolan dengan Dahlan Iskan di mobil dinasnya ketika masih jadi Menteri BUMN medio 2013. Saat itu, pria asal Magetan, Jawa Timur itu memotivasi saya dengan cerita masa mudanya hingga menjelang paruh baya. Salah satunya ketika jadi wartawan Tempo yang secara eksklusif meliput kecelakaan Kapal Tampomas pada 1981. 

"Saya dibesarkan Tempo sebelum akhirnya memimpin Jawa Pos. Salah satu pengalaman yang paling berkesan dan menegangkan ketika menyasksikan mayat berserakan di laut dekat kapal itu," kata Dahlan dalam perjalanan dari kantornya di kawasan Medan Merdeka Selatan untuk mentraktir saya di restoran Bubur Kwang Tung, Pecenongan,
*       *       *
#TEMPO45Tahun

Di sisi lift, terdapat berbagai informasi untuk kalangan internal Tempo. Ada jadwal pertandingan olahraga, informasi terkini yang sekilas seperti majalah dinding (mading) waktu saya sekolah, hingga iklan. Ternyata, Gedung Tempo juga menerima pihak swasta yang mau menyewa beberapa lantai atau ruangannya.

*       *       *
#TEMPO45Tahun

"Silakan menunggu ya mas. Mbak Widya (kalo ga salah, saya lupa namanya) sedang rapat," ucap salah satu pegawai Tempo di bagian informasi. Sambil membunuh waktu, saya iseng-iseng membaca Koran Tempo yang tersedia. Dibanding majalah, edisi harian ini memang lebih ringkas. Kebetulan, terakhir kali saya beli Koran Tempo pada edisi 15 Januari lalu. Saat itu, saya tertarik dengan halaman depan yang memuat lima foto utama Insiden Thamrin.
*       *       *
#TEMPO45Tahun

Setelah selesai membaca Koran Tempo, saya pun iseng menuju jendela yang terletak di samping lift. Dari lantai tujuh, tampak wajah ibu kota yang sebenarnya. Di tenggara, terlihat deretan gedung bertingkat yang berdampingan dengan perumahan penduduk. Termasuk, kompleks Stadion Utama Gelora Bung Karno (GBK) yang merupakan tempat saya kerja.

*       *       *
Foto: Instagram @Anazkia

"Ini mas ditandatangani sebagai bukti penerimaan. Oh ya, kita foto dulu ya untuk dokumentasi," ujar pegawai Tempo bernama -kalau tidak salah- Alif saat menyerahkan ponsel yang merupakan hadiah Lomba Blog Indonesiana Figur Inspiratif. Setelah mengucapkan terima kasih, saya meminta tolong kepadanya untuk dipertemukan dengan admin Indonesiana. Kebetulan, dua di antaranya sudah saya kenal sejak 2011, Rob Januar dan Anazkia. 

*       *       *
#TEMPO45Tahun

Sayangnya,  saya hanya berjumpa Anazkia. Sementara, Rob yang terakhir kali saya temui ketika menjelajah setiap sudut Gedung DPR/MPR bersama Komunitas Hobi Jepret (Kampret) pada 20 September 2014, sedang tidak ada. Saat itu, Anazkia langsung mengajak saya ke ruang kerjanya yang berbaur dengan berbagai desk Tempo lainnya.

Bahkan, novelis "15 November: Mengingatmu dalam Catatanku" ini, menjelaskan berbagai hal tentang Indonesiana. Maklum, saya pribadi belum lama aktif menulis di blog publik milik Tempo ini. Tepatnya, pada 18 Februari lalu dengan langsung menunggah artikel berjudul, "The Revenant: Tertolong Sinematografi dan Totalitas Di Caprio."

"Siapa pun boleh bergabung dan menulis di Indonesiana," kata Anazkia yang mendapat penghargaan Srikandi Blogger 2013 ini. "Indonesiana juga memperbolehkan penulis atau blogger yang menyalin artikelnya dari blog pribadi. Yang penting, tulisan itu asli dan bukan copy-paste. Setiap harinya terdapat ratusan tulisan yang beredar di Indonesiana."

Pernyataan dari wanita yang saya kenal sejak bergabung dengan Komunitas Blogger Hibah Buku ini memang beralasan. Sebab, Indonesiana menyandang nama besar Tempo sebagai bagian dari grup media yang mengutamakan jurnalime investigatif. Serupa dengan Kompasiana yang merupakan adik kandung dari Harian Kompas.
*       *       *
#TEMPO45Tahun

Setelah ngalor-ngidul nyaris satu jam, saya pun pamit kepada Anazkia untuk kembali ke kantor. Namun, sosok yang dinobatkan sebagai Perempuan Inspiratif Nova 2014 ini mengajak saya untuk "tur" di sekitar gedung. Termasuk memperlihatkan huruf T raksasa di langit-langit ruangan tersebut. "Saya saja baru tahu huruf itu waktu Dian (Sastrowardoyo) datang ke sini," kata Anazkia menyebut pameran Cinta dalam film AADC ini yang dimuat Tempo edisi 22 Februari lalu.

*       *       *
#TEMPO45Tahun

Ketika menuju lift, ternyata terdengar suara musik yang mengalun indah. Saya pun penasaran yang dijawab Anazkia, "Itu paduan suara untuk memperingati ulang tahun Tempo ke-45. Acaranya sore ini. Datang aja rul."

Sayangnya, waktu di ponsel saya sudah menunjukkan pukul 15.30 WIB. Alhasil, saya langsung pamit untuk kembali ke kantor dengan membawa hadiah dan segudang cerita. Ya, adagium lawas mengatakan, "tiada perjamuan yang tak berakhir."

*       *       *
#TEMPO45Tahun

Esok harinya, kebetulan saya libur kerja. Jadi, mempunyai waktu untuk membongkar gudang demi mencari beberapa koleksi Tempo. Kebetulan, saya sudah membaca majalah mingguan tersebut sejak awal 2000-an ketika masih berseragam abu-abu. Pasalnya, keluarga di rumah sering beli eceran di kios depan stasiun yang berlangsung hingga kini.

Seperti yang dikatakan Dahlan tiga tahun lalu, Tempo bukan sekadar majalah berita mingguan saja. Melainkan sudah jadi alternatif sumber berita  utama di berbagai kalangan. Mulai dari masyarakat umum hingga instansi pemerintah.

*       *       *
#TEMPO45Tahun

Selain faktor jurnalisme investigatif yang kerap saya adopsi dalam penulisan blog, yang saya suka dari Tempo karena sampulnya. Ya, di era "senjakala media" saat ini, satu foto (atau karikatur) jadi lebih bermakna dibanding ribuan kata yang jadi pemikat untuk pembaca. Itu seperti yang diungkapkan Bob Mayer, "Content is King. Promotion is Queen."

Ya, selamat ulang tahun ke-45 Tempo. Terus berkembang Indonesiana!

*       *       *
Artikel Terkait
- Beda Nasib Kartini-Kartono
- Tertawa ala Goenawan Muhamad
- Sisi Lain Dahlan Iskan
- Dahlan Iskan dan Gerbong Terakhir
- Wawancara Eksklusif: Dahlan Iskan
- Resensi Buku Anazkia: 15 November
- Gerakan Hibah Sejuta Buku
- 45 Pemenang Figur Inspiratif
- Christie Ubah Keterbatasan Jadi Kelebihan

Esai Foto sebelumnya:

*       *       *
- Jakarta, 8 Maret 2016

Sisi Lain Krishna Murti: Catatan Polisi di Mata Blogger

$
0
0

Krishna Murti saat jadi pembicara dalam Kopdar Netizen di Mabes Polri

"BAPAK sdh 25 tahun kerja jadi polisi, harusnya Bapak sudah punya Polsek sendiri..!!!" Demikian jawaban dari tukang bakso yang berjualan di Kalijodo kepada Krishna Murti. Mendengar skakmat tersebut membuat Komisaris Besar (Kombes) Polisi itu tidak kuasa menahan geli. Bahkan, Krishna langsung menuliskannya kembali di facebook-nya yang mendapat kehebohan tersendiri.

Hingga kini, status jenaka yang dibuat pada 23 Februari itu mendapat respons dari khalayak. Yang me-like ada 23 ribu, komentar (1.435), dan membagikannya kembali (3.882). Deretan angka itu membuktikan popularitas Krishna tidak hanya di kalangan internal kepolisian saja. Melainkan juga masyarakat luas, termasuk saya yang mengaguminya.

Bisa dipahami mengingat pria kelahiran 15 Januari 1970 ini merupakan sosok yang bersahaja dan ramah. Tidak hanya di media sosial (medsos) saja dengan membalas beberapa komentar dari netizen. Tapi juga di dunia nyata. Bahkan, pada pertengahan Januari-Februari lalu, nyaris layar televisi, media cetak, online, hingga radio sekalipun, selalu memuat profil dirinya.

Tentu, itu bukan karena Krishna rajin update status di medsos atau hadir dalam talkshow. Namun, karena posisinya sebagai Direktur Rreserse Kriminal Umum (Direksrimum) Polda Metro Jaya. Jabatannya itu yang membuat Krishna bersinggungan dengan berbagai kasus populer di ibu kota. Tiga di antaranya yang saya ikuti, seperti Insiden Thamrin, Kopi Sianida, dan Penggusuran Kalijodo.

Saya beruntung pernah menemuinya pada 28 Oktober lalu. Tepatnya, saat menghadiri "Kopdar Netizen Bersama Divisi Humas Polri" di Gedung Bhayangkari Mabes Polri yang turut menampilkan Inspektur Jendral (Irjen) Anton Charliyan sebagai pembicara. Itu merupakan kali kedua saya mengikuti acara yang diselenggarakan Divisi Humas Polri setelah 16 Mei 2013 di tempat yang sama.

Sudah pasti, saat mengikuti acara lima bulan lalu itu, saya sama sekali tidak mengenal Krishna. Apalagi, lulusan Akademi Kepolisian (Akpol) 1991 ini tidak sampai selesai menghadirinya karena harus pamit untuk bertugas. Namun, sekelebatan telinga saya mendengar Krishna mengaku juga sebagai blogger. Wow... Ini menarik bagi saya.

Lantaran bertambah lagi daftar tokoh terkemuka di negeri ini yang kerap menuliskan catatan hariannya di blog pribadi atau keroyokan. Sejak dulu, saya rutin membaca blog dari Wakil Presiden Indonesia Jusuf Kalla, mantan Menteri Sekretariat Negara (Mensekneg) Yusril Ihza Mahendra, Ketua Tim Kelola Minyak dan Gas Bumi Hasan Basri, mantan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan, dan Kepala Bareskrim Komisaris Jenderal (Komjen) Anang Iskandar.

Dalam kesempatan itu, meski tidak lama, Krishna bercerita mengenai aktivitasnya sehari-hari yang kerap dituangkan pada blog pribadi beralamat di www.catatansibedu.com. Kelak, saya tahu salah satu tokoh dalam blog tersebut ternyata berkolerasi dengan peristiwa yang berkaitan saat mantan Kapolsek Metro Penjaringan ini hadir di Kalijodo.

*        *        *
"TIADA gading yang tak retak". Demikian adagium lawas berkata yang selalu saya percaya. Sebab, layaknya kehidupan, tentu terdapat dua sisi berbeda. Hitam dan putih, tua-muda, pria-wanita, dan positif-negatif. Itu yang saya ketahui pada Krishna sejak 28 Oktober lalu. Khususnya dalam dua bulan terakhir setelah insiden 14 Januari yang kebetulan terjadi hanya sehari sebelum pemilik akun twitter @krishna_bd ini genap berusia 46 tahun.

Sudah pasti, saya tidak mengenalnya secara pribadi. Namun, bisa dibilang dalam dua bulan terakhir ini saya intens menyimak perkembangan Krishna di berbagai medsos dan mainstream. Kebetulan, saya kerap melihat berbagai postingannya di facebook. Nah, di jejaring sosial inilah, Krishna sering berinteraksi dengan teman atau pengikutnya yang mencapai 355 ribu orang.

Ironisnya, saya kerap menyaksikan Krishna terpancing emosinya saat menjawab komentar dari teman atau follower-nya. Salah satunya ketika penulis buku "Geger Kalijodo" ini membalas pernyataan dari salah satu facebooker pada Rabu (9/3).

"Orangnya berwibawa jago debat.. Yg bilang saya sinting.. Mudah2an saya diberi kesabaran," ujar Krishna terhadap komentar salah satu akun facebook sambil menampilkan foto orang tersebut. Sudah pasti, jawaban dari sosok yang pada 1996 ditunjuk sebagai Komandan Kontingen Polri untuk misi perdamaian PBB di Bosnia ini mendapat respons yang ramai. Pro dan kontra pun mengalir di status facebook tersebut hingga mendapat 10 ribu like, 471 komentar, dan 1.180 kali di-share ulang.

Sejatinya, apa yang dilakukan Krishna beralasan. Lantaran dimaki oknum tersebut sebagai "orang sinting" hingga membuat wibawa Polri hancur. Ya, siapa sih yang ga panas mendapat cercaan seperti itu? Saya pribadi pun tidak dapat menyalahkan Krishna. Pasalnya, mencaci seseorang di dunia maya bisa berujung Undang-undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) no 11 tahun 2008.

Itu seperti tertera dalam pasal 27 ayat 3 yang berbunyi, "Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan penghinaan dan/atau pencemaran nama baik".

Di sisi lain, sebagai publik figur, khususnya aparat kepolisian yang tugasnya Melindungi, Melayani, dan Mengayomi masyarakat, tentu Krishna harus menahan diri. Jujur, saya agak ngeri membaca sepenggal komentarnya yang bisa jadi nadanya bersayap, "Mudah2an saya diberi kesabaran." Tentu, saya enggan membayangkan jika saat itu Krishna tidak bisa menahan amarahnya.

*        *        *
MENGAMATI Krishna dari kejauhan dalam dua bulan terakhir di medsos dan mainstream, bagi saya ibarat menyantap gado-gado. Ada manis, asam, asin, ramai rasanya. Ya, adakalanya perwira menengah (Pamen) itu sangat jenaka dengan menjawab komentar atau menanggapi pertanyaan secara jenaka. Saya akui, faktor humoris dan keramahannya itu yang membuat Krishna mendapat perhatian lebih dari masyarakat luas.

Bahkan, sekilas sosok yang aktif mengkampanyekan Turn Back Crime untuk memerangi kejatahan ini mirip Sjafrie Sjamsoeddin ketika dielu-elukan publik karena sikapnya yang ramah di layar televisi setelah Kerusuhan Mei 1998. Saya masih ingat, dulu, ibu-ibu di sekitar kediaman saya sangat heboh jika menyaksikan sosok yang saat itu menjabat sebagai Pangdam Jaya tampil di tv. Selain ramah juga karena Sjafrie dikenal sangat tampan yang saat itu -belum ada facebook dan twitter- jadi idola kaum hawa.

Meski begitu, Krishna juga bisa tegas. Itu bisa dibuktikan dengan berbagai pernyataan yang berkaitan tentang Insiden Thamrin, Kopi Sianida, dan Penggusuran Kalijodo. Bahkan, Krishna tidak pernah main-main jika sedang bertugas. A adalah A, B adalah B. Ibarat pendekar silat, jika sudah kewajibannya, bagi Krishna, "nyemplung ke laut atau lompat ke api" bakal dilakoninya.

Itu ditegaskannya saat berkoordinasi dengan Pemerintah Kota (Pemkot) DKI Jakarta saat penggusuran Kalijodo. Bahkan, ayah dua anak ini segera meninggalkan rapat di kantornya untuk menuju Jalan Thamrin saat insiden 14 Januari terjadi. Saat itu, Krishna langsung mempertaruhkan nyawanya demi melumpuhkan aksi terorisme.

"Yg buat pernyataan di coba aja deh, pake Sirine terobos lalulintas dari semanggi Ke sarinah .... 10 Menit cocok! Kenapa sudah pake Rompi (anti peluru)? Suka nonton Film2 gak sih.... Biasanya detektif2 itu Rompinya selalu siap di mobil mereka dan langsung bereaksi? Ya Namanya Polisi harus selalu langsung siap beraksi ! Lah ... Masa mau ngopi2 dulu di stabuck gitu?" demikian status facebook Krishna pada 20 Januari lalu.

Menyimak ketegasan itu, saya pun berandai-andai jika Krishna jadi Gubernur atau Wakil Gubernur DKI Jakarta. Tentu, ini hanya khayalan saya semata mengingat lulusan Sekolah Pimpinan Tinggi (Sespimti) Polri 2012 itu  memiliki karier yang cerah di Kepolisian. Saat ini, Krishna menjabat sebagai Kombes pada usia 46 tahun. Itu berarti, pria berbintang Capricorn ini punya waktu 12 tahun menjelang pensiun.

Kelak, Krishna bakal menyandang pangkat Brigadir Jenderal (Brigjen), Irjen, Komjen, dan mungkin -jika mulus- berakhir dengan Jenderal. Bahkan, dalam periode 1,5 windu dari sekarang, bisa jadi karier sosok yang terlibat dalam pengungkapan kasus pajak Gayus Tambunan ini mendapat kepercayaan Mabes Polri untuk memegang posisi penting.

Mulai dari Kepala Kepolisian Daerah (Kapolda) tipe B jika Brigjen dan tipe A (Irjen) seperti Polda Metro Jaya yang prestisius. Selanjutnya, andai lancar, bukan tidak mungkin jabatan Kabareskrim, Kepala BNN -jika masih belum setara kementrian-, Irwasum, Wakapolri, bahkan Polri. Toh, nasib orang siapa yang tahu. Namun, dengan menilik catatan kinerjanya yang lurus seperti jalan tol, kecuali faktor x atau force majeur, tentu Krishna bisa mencapai jalur tersebut.

*        *        *
Di sisi lain, sejak Adang Daradjatun -eks Wakapolri- bersaing dalam pemilihan gubernur (Pilgub) DKI 2007, saya belum pernah lagi menyaksikan adanya calon gubernur (cagub) atau calon wakil gubernur (cawagub) dari pihak kepolisian. Pada Pilgub 2012, seluruh cagub dan cawagub terbagi antara politisi, pengusaha, purnawirawan TNI, dan independen.

Pun begitu menyaksikan kemungkinan Pilgub tahun depan yang lagi-lagi didominasi politisi, pengusaha, dan independen. Menurut saya, masyarakat akan mendapat banyak alternatif jika ada perwakilan dari kepolisian untuk bersaing. Baik itu aktif atau purnawirawan. Sebab, 2017 bisa jadi momentum bagi Polri untuk membuktikan sebagai pelindung, pelayan, dan pengayom masyarakat. Apalagi, dua tahun berselang, akan ada pemilihan umum (pemilu) yang serentak di Indonesia, termasuk pemilihan presiden.

Pertanyaannya, siapa tokoh yang diusung atau pantas mewakili Polri? Jika menilik popularitas saat ini, Krishna salah satu yang kompeten. Tentu, popularitas saja tidak cukup. Namun, masih ada waktu lebih dari 11 bulan menuju 19 Februari 2017 untuk mensosialisasikan diri lebih lanjut ke seluruh lapisan masyarakat.

Memang berat mengingat cagub-cawagub lainnya sudah lebih dulu dikenal warga Jakarta. Apalagi, Krishna tidak memiliki kendaraan politik. Berbeda dengan Basuki Tjahaya Purnama (Ahok) yang meski bakal maju sebagai independen namun sudah memiliki modal kuat memimpin sejak 2014.

Faktanya, saat itu, Joko Widodo (Jokowi) pun tidak terlalu dikenal warga Jakarta -kecuali yang asal Solo- ketika mendeklarasikan sebagai cagub tiga tahun lalu. Bahkan, banyak survei lebih mengunggulkan incumbent saat itu, Fauzi Bowo. Tapi, ending-nya seperti yang kita tahu, Jokowi dan Ahok yang melenggang ke Jalan Merdeka Selatan.

Tentu, Krishna bisa mencontoh pasangan tersebut. Meski, itu hanya kemungkinan kecil bagi mantan penyidik Bareskrim ini. Sebab, dengan mencalonkan sebagai cagub atau cawagub sama saja seperti pertaruhan yang nyaris mustahil karena harus pensiun dini dari Polri. Pasalnya, jika gagal, kariernya yang telah dibangun sejak 25 tahun silam di kepolisian bakal lenyap begitu saja.

Namun, bukankah hidup merupakan pilihan? Toh, Krishna sudah pernah mempertaruhkan nyawanya saat menghadapi teroris. Jadi, tidak sulit rasanya mempertaruhkan hidupnya demi memimpin warga Jakarta. Pertanyaan terakhir, apakah berani?

Kopdar Netizen di Wisma Bhayangkari 28 Oktober 2015
*        *        *
Artikel Terkait:
- Sisi Lain Budi Waseso (Buwas): Pasukan Khusus, Ceplas-ceplos, dan Kritik
- Anomali Ahok: Pahlawan atau Pengkhianat?
- Profil Anang Iskandar: Calon Kapolri yang Merupakan Blogger Aktif
- Profil Enam Calon Kapolri dan Plus-Minusnya
- Presiden dan Kepala BNN Kompak: Bandar Narkoba harus Dihukum Mati
- HUT Polantas ke-60: Dengarlah Aspirasi Masyarakat untuk Bersama Mengurai Kemacetan
- Pengalaman Sehari di Mabes Polri
- Polisi Menggugat
- Ketika Polwan Beraksi di Atas Moge
- Sinergi BNN dan Blogger untuk Mengatasi Darurat Narkoba
- Membongkar "Rahasia" Bea Cukai
- Sisi Lain Paspampres yang Berprestasi
- 50 Tahun Gugurnya Ade Irma Suryani dalam Kenangan Sang Kakak
- Tidak Semua Polisi Berprilaku Kurang Baik
- Benarkah Polisi Segan dengan Dosen, Tentara, dan Wartawan?
- Kenapa Harus Blogger yang Kampanye?

*        *        *
- Jakarta, 11 Maret 2016

Tujuh Tempat Nobar Asyik di Jakarta

$
0
0


MEMASUKI pertengahan Maret, atmosfer sepak bola Eropa kian memanas. Terutama di Liga Champions yang memasuki leg kedua 16 besar. Paris Saint Germain (PSG), Wolfsburg, Benfica, dan Real Madrid, telah lolos ke perempat final.

Itu berarti, turnamen di kasta terelite benua biru ini menanti empat tim lainnya. Termasuk, saya yang tak sabar menunggu Juventus yang akan tandang ke markas Bayern Muenchen di Fussball Arena, Rabu (16/3) atau Kamis dini hari WIB.

Nah, menyaksikan Liga Champions kurang afdol jika tidak dilakukan secara bersama. Baik dengan teman, rekan kantor, komunitas, hingga keluarga. Nonton bareng (nobar) merupakan pilihan terbaik untuk mendukung tim favorit masing-masing.

Pertanyaannya, di mana tempat yang paling asyik untuk menyuarakan dukungan terhadap klub kesayangan kita? Saya pribadi memiliki tujuh lokasi yang mungkin bisa jadi referensi untuk nobar Liga Champions, mulai dari leg kedua 16 besar hingga final.

*        *        *

1. Conclave

Salah satu tempat yang menarik buat nobar. Tahun lalu, saya menyaksikan antusiasme Juventini -julukan fan Juventus- saat menekuk Real Madrid pada semifinal leg pertama Liga Champions di Conclave. Sekadar informasi, tempat ini bukan sekadar cafe. Melainkan ajang kumpul desainer, entertainer, eksekutif muda, dan sebagainya untuk berinteraksi sambil menyeruput hangatnya espresso. Apalagi, letaknya strategis, tidak jauh dari Sudirman Central Business District (SCBD) dan Kuningan. Tepatnya, di Jalan Wijaya 1 No 5C, Jakarta Selatan.
*        *        *

2. Popular Mansion

Nah, untuk kaum adam, tentu tidak asing dengan Popular. Setelah Playboy tutup, majalah ini jadi bacaan wajib. Oke, tapi saya tidak sedang membicarakan hal itu. Melainkan, tentang bar yang masih satu lokasi dengan majalah tersebut. Kesan saya nobar di Popular Mansion, tentunya sangat menyenangkan. Apalagi, kerap ada pertunjukkan dari GirlsBand The Angels yang anggotanya merupakan wanita seksi dari majalah khusus pria ini. Lokasi Popular Mansion di Jalan Gatot Subroto, Kav 27, Jakarta Selatan.

*        *        *

3. KFC Gunawarman

Restoran asal Amerika Serikat (AS) ini salah satu yang paling sering saya kunjungi. Tentu bukan sekadar makan saja, melainkan untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Salah satunya nobar karena ada beberapa cabang KFC di ibukota yang kerap menyediakan layar lebar. Tempat favorit saya di Jalan Gunawarman No 80, Jakarta Selatan. Memang, menunya sih standar. Tapi, tempatnya lumayan asyik untuk nongkrong dan juga nobar yang sering diadakan di lokasi parkir hingga mampu menyedot animo ratusan penggemar sepak bola.

*        *        *

4. 100 Eatery & Bar

Sebagai pekerja di kawasan Senayan, Jakarta Pusat, tentu saya tidak asing dengan resto yang berada di Hotel Century ini. Tempatnya nyaman dengan menu makanan dan minuman variatif yang harganya sudah pasti mengikuti. Untuk sesekali -karena jika sering bisa merusak mata-, nongkrong di hotel bintang empat ini sangat mengasyikkan dengan ditemani secangkir hangat latte. Selain layar lebar, 100 Eatery & Bar juga menyediakan beberapa televisi ukuran 40 inci di sekeliling ruangan. Jadi, tidak khawatir jika kebetulan pengunjungnya membludak, kita bisa tetap menyaksikan tim favorit bertanding.
*        *        *

5. MCD Sarinah

Sejak zaman Cinta dan Rangga masih temenan, pacaran, putus, hingga pacaran lagi, MCD dan KFC itu seperti tak terpisahkan. Mereka bersaing tapi saling melengkapi seperti Alfamart dengan Indomaret, Pepsi-CocaCola, hingga Marvel-DC. Jadi, jika saya ingin mencari suasana baru, biasanya milih MCD di Gedung Sarinah, Jalan Thamrin, Jakarta Pusat. Kebetulan, sepeda motor diperbolehkan lewat di kawasan ring satu itu jika waktu sudah menunjukkan pukul 23.00 WIB. Untuk menu, 11-12 dengan KFC yang umumnya standar. Namun, MCD Sarinah ini tempatnya lumayan luas dan asyik juga untuk nobar.

*        *        *

6. Brewerkz Bar

Kawasan Senayan bisa disebut sebagai tempat nongkrong paling asyik bagi anak muda dari zaman mereka kecil hingga sudah punya anak kecil lagi. Salah satunya yang menurut saya oke di Brewerkz yang terletak di Senayan City, Jakarta Selatan. Sekadar informasi, banyak komunitas penggemar sepak bola yang juga mengadakan nobar di bar tersebut. Salah satunya Inter Club Indonesia (ICI), Kebetulan, saat ini FC Internazionale dipimpin pengusaha asal Indonesia, Erick Thohir, yang membuat Interisti di Tanah Air kerap berkumpul di Brewerkz.

*        *        *

7. Sevel Bintaro Sektor 7
Untuk yang tinggal di luar Jakarta, tapi masih areal Jabodetabek -sebagian menyebutnya Jakarta Coret-, jangan khawatir. Ada satu tempat yang saya rekomendasikan buat nobar. Yaitu, di 7-Eleven (Sevel) Bintaro Sektor 7. Memang sih, lokasinya lumayan jauh. Menurut Google Maps sekitar 20 km dari Senayan yang memakan waktu nyaris satu jam. Meski jauh, nobar di Sevel Bintaro Sektor 7 sangat asyik. Lantaran mereka menyediakan layar lebar yang memanjakan mata. Apalagi, untuk bisa nobar tidak butuh merogoh kocek hingga dalam. Jika mau hemat, cukup membeli air mineral seharga Rp 3.000 saja dan parkir sepeda motor Rp 2.000. Yang penting, bagi penggemar sepak bola bisa menyalurkan ekspresinya.
*        *        *
*        *        *
Seri Liga Champions 2015/16:
- Apalah Artinya Sebuah Nama
- Ketika Pep di-PHP Max
- Kisah Tujuh Tim yang Lolos Knock-out (15/3)

Artikel Terkait:
- Tujuh Tempat Nongkrong Asyik
- (Esai Foto) Di Balik Nobar Liverpool-Leicester
- Nobar ICI: Angels Bikin Segar
- Nobar Lazio Indonesia di Just Sport Kuningan
- Nobar Balapan Bajaj di Jakarta

*        *        *
KETERANGAN: Artikel ini merupakan pengalaman tentang tempat yang pernah saya kunjungi untuk nobar beberapa waktu lalu dan bukan promosi resto atau cafe terkait. Saya tidak bertanggung jawab jika ketujuh tempat tersebut ternyata tidak mengadakan nobar Liga Champions.

- Jakarta, 15 Maret 2016

Menanti Juventus Menguji Sejarah

$
0
0

Suporter Juventus saat tur di Indonesia

JUVENTUS menghadapi misi sulit pada leg kedua 16 besar Liga Champions. Bagaimana tidak, skuat asuhan Massimiliano Allegri harus mengalahkan Bayern Muenchen di Stadion Fussball Arena, Rabu (16/3) atau Kamis dini hari WIB.

Maklum, pada leg pertama di Juventus Stadium (23/2), mereka dipaksa raksasa Bundesliga itu untuk bermain 2-2. Jadi, Juventus wajib menang agar bisa lolos ke perempat final. Atau, minimal mereka imbang dengan skor seperti 3-3, 4-4, dan seterusnya. Jika hanya 0-0 atau 1-1, Juventus kalah agresivitas gol tandang. Sementara, 2-2 hanya berujung 2x15 menit dan malah tos-tosan.

Tentu, bukan hal mudah menang di markas Muenchen yang dikenal angker bagi setiap lawannya di Eropa. Namun, sejarah mencatat, Juventus pernah melakukannya pada 11 Mei 2004. Saat itu, gol tunggal Alessandro Del Piero mempermalukan tuan rumah pada fase Grup C 2003/04. Sebelumnya, pada pertemuan pertama di kandang sendiri (19 Oktober 2004), mereka juga mengalahkan Muenchen 1-0. Yaitu, lewat gol semata wayang Pavel Nedved saat berseragam Juventus yang setelah pensiun kini jadi Wakil Presiden.

Alhasil, meski sulit, menyingkirkan “FC Hollywood”bukanlah mimpi. Apalagi, sejarah juga mencatat Juventus memiliki spirit yang tidak dimiliki tim elite di benua biru lainnya untuk bangkit secara spektakuler di Liga Champions. Musim lalu, Klub Kedua Terbaik di Eropa Abad 20 versi IFFHS ini selalu menjalani pertandingan di babak knock-outsebagai tuan rumah pada leg pertama. Faktanya, “si Nyonya Besar” berhasil melangkah ke final karena berhasil memaksimalkan leg kedua di markas lawan dengan sempurna.

Dimulai saat menang 3-0 di kandang Borussia Dortmund hingga agregat 5-1 pada 16 besar. Berlanjut pada perempat final dengan menahan imbang tanpa gol AS Monaco yang berujung agregat 1-0.
Puncaknya, di semifinal, “I Bianconeri” kembali mengimbangi Real Madrid 1-1 di Stadion Santiago Bernabeu pada 13 Mei 2015. Hasil itu membuat Juventus melaju ke babak pamungkas karena sepekan sebelumnya menekuk “Los Blancos” 2-1 di Turin.

Jadi, berkaca pada kesuksesan 2014/15, bukan mustahil Alvaro Morata dan kawan-kawan kembali mengulanginya musim ini. Toh, sejarah juga mencatat, banyak klub yang meraih hasil kurang menguntungkan pada legpertama sebagai tuan rumah, namun berhasil lolos. Tujuh di antaranya seperti yang saya rangkum dari arsip resmi UEFA.com:

Semifinal 1995/96
Ajax 0-1 Panathinaikos
Panathinaikos 0-3 Ajax

Status juara bertahan tidak berarti memudahkan Ajax Amsterdam untuk melaju di fase knock-out 20 tahun silam. Bahkan, klub asal Belanda ini nyaris tersingkir di semifinal. Lantaran kalah dalam leg pertama di kandang sendiri dari Panathinaikos pada 3 April 1996. Namun, mentalitas tim yang saat itu dilatih Louis van Gaal –kini Manchester United (MU)– sukses melakukan revans. Sebab, dua pekan kemudian, Ajax berhasil membungkam wakil Yunani itu di Athena hingga tiga gol tanpa balas yang berujung lolos ke final untuk menghadapi Juventus.

Perempat Final 1997/98
Juventus 1-1 Kiev
Kiev 1-4 Juventus

Dekade 1990-an merupakan periode keemasan Juventus. Pasalnya, mereka sukses menembus final Liga Champions dalam tiga musim beruntun dengan satu di antaranya berujung trofi. Namun, pada legpertama perempat final 1997/98 Juventus dikejutkan Dynamo Kiev 1-1 di markas sendiri. Hasil itu membuat pasukan Marcello Lippi wajib menang di Ukraina pada leg kedua untuk lolos ke semifinal. Terbukti, tampil di markas lawan justru membuat Filippo Inzaghi menggila dengan mencetak hattrick dan ditambahkan gol Del Piero yang terus melaju hingga babak pamungkas.

Perempat Final 2002/03
Juventus 1-1 Barcelona
Barcelona 1-2 Juventus (Perpanjangan Waktu)

Javier Saviola nyaris membuat Juventus frustrasi pada leg pertama babak delapan besar Liga Champions 13 tahun silam. Tapi, determinasi sebagai raksasa Eropa membuat mereka tidak gentar saat tandang ke Camp Nou 9 April 2003. Sepakan Nedved memang dibalas Xavi Hernandez yang membuat wasit Graham Poll melanjutkan laga hingga 2x15 menit. Nah, pada perpanjangan waktu ini, gol tunggal Marcelo Zalayeta menamatkan perjuangan Barcelona di hadapan 92 ribu pendukungnya. Determinasi Juventus ini terulang saat menyingkirkan Madrid di semifinal hingga akhirnya kalah beruntung di Old Trafford.

Perempat Final 2006/07
Milan 2-2 Muenchen
Muenchen 0-2 Milan
Kasus pengaturan skor menjadikan AC Milan tidak diunggulkan pada Liga Champions 2006/07. Apalagi, mereka harus bertemu Muenchen di perempat final yang merupakan unggulan utama. Terbukti, tampil di San Siro membuat “I Rossoneri” harus puas dengan hasil imbang. Tapi, dewi fortuna seperti memayungi skuat asuhan Carlo Ancelotti ketika tandang ke Fussball Arena, 11 April 2007. Itu karena dua gol dari Clarence Seedorf dan Inzaghi membuat keunggulan Muenchen pada leg pertama jadi sirna. Ending-nya, Milan sukses merengkuh trofi Liga Champions ketujuh.

Perempat Final 2008/09
MU 2-2 Porto
Porto 0-1 MU

MU merupakan tim favorit saat itu terkait statusnya sebagai juara bertahan. Langkah mereka kian mudah setelah 16 besar menyingkirkan Inter. Namun, pada delapan besar, “Setan Merah” mendapat sandungan dari Porto yang mengimbanginya 2-2 di Old Trafford. Beruntung, MU memiliki Cristiano Ronaldo yang tanpa ampun mendepak klub senegaranya itu di Estadio do Dragao. Langkah mereka tak terbendung di semifinal saat bertemu tim sesama Inggris, Arsenal, hingga akhirnya menyerah di Roma.

16 Besar 2010/11
Inter 0-1 Muenchen
Muenchen 2-3 Inter

Ditinggal Jose Mourinho membuat Inter kurang difavoritkan pada duel ulangan final sebelumnya di babak 16 besar. Gol tunggal Mario Gomez pada injurytime seperti menampar 75 ribu fan di Meazza, 23 Februari 2011. Namun, “I Nerazzurri” memiliki salah satu lini depan terbaik saat itu. Tiga pekan kemudian, Samuel Eto’o membuka keunggulan ketika laga berjalan empat menit. Selanjutnya, berturut-turut Wesley Sneijder dan Goran Pandev menghentikan laju Muenchen. Inter lolos ke perempat final dengan keunggulan gol tandang.

16 Besar 2012/13
Madrid 1-1 MU
MU 1-2 Madrid

Mourinho memberi kado terburuk Alex Ferguson pada musim terakhirnya di Liga Champions. Pria asal Portugal itu sempat mem-PHPMU ketika duel di Bernabeu yang berakhir 1-1. Bahkan, pada 5 Maret 2013, Madrid nyaris tersingkir setelah Sergio Ramos mencetak gol bunuh diri tiga menit setelah turun minum. Papan skor saat itu menunjukkan agregat 2-1 untuk MU. Sayangnya, due jebolan Liga Primer, Luca Modric (66) dan Ronaldo (69)membalikkan keunggulan “Setan Merah”. Gol yang dicetak CR7 itu seperti menikam publik Old Trafford yang selalu mengelu-elukannya sepanjang 2003-2009.

*        *        *
Seri Liga Champions 2015/16:
Tujuh Tempat Nobar Asyik di Jakarta
Apalah Artinya Sebuah Nama
Ketika Pep di-PHP Max
- Juventus dan Strategi Memunggungi Sungai ala Han Xin (jika lolos dibuat, kalau gagal ya batal)

Artikel Terkait:
Tujuh Tempat Nongkrong Asyik
(Esai Foto) Di Balik Nobar Liverpool-Leicester
Nobar ICI: Angels Bikin Segar
Nobar Lazio Indonesia di Just Sport Kuningan
Nobar Balapan Bajaj di Jakarta

*        *        *
Artikel ini dimuat dalam opini Harian TopSkor edisi 15 Maret 2016
Jakarta, 14 Maret 2016

Akhir Tragis dari Strategi Memunggungi Sungai ala Han Xin (Bei Shui Yi Zhan)

$
0
0

Trofi Liga Champions: Boleh dilihat tidak bisa digenggam 

SIMA Yi pernah mengatakan, ada lima kemungkinan dalam strategi perang. Pertama, jika dapat melawan, harus lawan. Jika tidak dapat melawan, tentu bertahan sebisa mungkin. Jika bertahan pun tidak sanggup, lari jadi pilihan terbaik. Jika lari juga tidak mampu, kibarkanlah bendera putih (menyerah). Jika menyerah saja gagal, pasang peti mati alias pasrah.

Taktik nomor satu dari Perdana Menteri Wei dalam Kisah Tiga Negara di pengujung Dinasti Han itu diterapkan Massimiliano Allegri untuk meredam dominasi Bayern Muenchen. Yaitu, menyerang tanpa henti untuk meraih kemenangan. Pelatih Juventus ini sadar timnya butuh kemenangan setelah hanya bermain imbang 2-2 di markas sendiri pada leg pertama 16 besar Liga Champions (23/2).

Tidak ada pilihan, Allegri langsung mengaplikasikan siasat bertarung dengan memunggungi sungai pada leg kedua yang berlangsung malam tadi. Taktik ini sukses diterapkan Xiang Yu, Han Xin, Cao Cao, dan Thariq bin Zayid. Terbukti, baru lima menit laga berjalan, Paul Pogba membobol gawang Manuel Neuer. Gelandang Juventus ini berhasil merayakan ulang tahun ke-23 yang berlangsung dua hari sebelumnya, dengan gol indah.

Memasuki menit ke-28, akselerasi Alvaro Morata di sisi kanan pertahanan Muenchen berhasil dikonversi Juan Cuadrado jadi gol. Neuer kembali memungut bola untuk kedua kalinya. Saat itu, papan skor elektronik di Stadion Fussball Arena, Rabu (16/3) atau Kamis dini hari WIB, menunjukkan keunggulan tim tamu. Muenchen 0-2 Juventus.

Ya, strategi menyerang total seperti yang dilakukan Xiang Yu, Han Xin, Cao Cao, dan Thariq, memang cocok untuk Juventus. Sebab, Hernanes dan kawan-kawan bermain sungguh trengginas. Setelah unggul dua gol, mereka tidak berhenti untuk memperbesar skor. Pepatah mengatakan, "Ketika seseorang hanyut di sungai, jangankan batang pohon. Bahkan, rumput pun dipegang demi selamat."

Itu seperti strategi berperang dengan memunggungi sungai. Yang berarti, bertempur dengan tubuh bersandar pada sungai yang tidak ada jalan mundur. Alias, setiap pasukan harus melawan hingga tetes darah terakhir jika tidak ingin tewas sia-sia.

Sejarah mencatat, jenderal Chu, Xiang Yu memerintahkan pasukannya untuk menghancurkan kapal saat menghadapi Qin pada 207 sebelum masehi. Tindakan yang dilakukannya itu bukan tanpa alasan. Demi meraih kemenangan atas penguasa Tiongkok sebelumnya yang di ambang kemerosotan. Dalam kesempatan itu, Xiang Yu berhasil mencapai ibu kota Qin dan mendirikan negara Chu.

Beberapa tahun berselang, taktik itu diterapkan Han Xin. Mantan bawahan Xiang Yu yang membelot ke Liu Bang -pendiri dinasti Han- dalam perang nyaris lima tahun (206-202 sebelum masehi). Sadar kalah jumlah dengan pasukan eks bosnya, Han Xin melakukan pertaruhan terakhir. Memerintahkan pasukannya untuk berbaris sejajar membelakangi sungai.

Tentu, tindakannya ini mengundang pertanyaan dari bawahannya. Mereka menilai apa yang dilakukan Han Xin tidak masuk akal. Bahkan, cenderung membuat Han kalah karena rentan diserang Chu. Apalagi, tidak ada pilihan untuk mundur dengan di belakangnya mengalir deras sungai yang bisa menggulung siapa saja yang nekat untuk melewatinya.

Tapi, justru itulah yang diinginkan Han Xin. Yaitu, memotivasi moral pasukannya yang sedang merosot. Bahwa, tidak ada jalan lain untuk bertahan hidup karena sudah dikepung musuh. Kecuali, dengan bertempur habis-habisan dan menyerang kemah utama Chu seperti yang dicatat pepatah Tiongkok yang hingga kini masih relevan, "Bei Shui Yi Zhan". Pada akhirnya, pasukan Han Xin berhasil menang yang berujung dengan berdirinya dinasti Han sebagai peletak dasar Tiongkok.

*       *       *

LEBIH dari empat abad kemudian, dinasti Han berada dalam titik nadir. Saat itu, Tiongkok kembali terpecah jadi beberapa negara yang dilukiskan Luo Guanzhong dengan indah lewat Sanguo Yanyi (Romance of the Three Kingdoms) yang di Tanah Air populer dengan Sam Kok. Salah satunya, Cao Cao yang menjabat sebagai Perdana Menteri saat menahan gempuran Yuan Shao di Guandu.

Pertempuran Guandu (200 sesudah masehi) salah satu yang paling dikenang dalam sejarah Tiongkok bersama Perang di Tebing Merah. Lantaran periode itu menentukan terbentuknya tiga negara yang nanti dinasti Han terpecah jadi Wei (Cao Cao), Wu (Sun Quan), dan Shu (Liu Bei yang masih keturunan Liu Bang).

Hanya, ketika perang berlangsung, perbandingan pasukan Cao Cao dengan Yuan Shao sangat kontras. Sejarah mencatat 40 ribu melawan 110.000 pasukan. Sementara, versi lainnya ada yang menyebut 100 ribu berbanding satu juta prajurit. Apa pun itu, yang pasti Cao Cao sangat terdesak hingga di pinggir sungai.

Untuk memotivasi pasukannya, Cao Cao mengeluarkan perintah yang dipahat dengan indah dalam novel Sanguo Yanyi, "Tidak ada jalan lagi. Jadi, kalian harus bertarung atau mati." Seketika, pasukannya langsung mengambil senjata dan bersiap menyambut ratusan ribu tentara Yuan Shao. Di mata mereka, tidak tampak lagi ketakutan, karena bagaimanapun posisinya berada di ujung tanduk. Alhasil, Cao Cao berhasil mengalahkan Yuan Shao dan menyatukan wilayah utara dari Han.

Strategi ketiga pemimpin Tiongkok itu kembali terulang pada abad kedelapan masehi. Tepatnya ketika Thariq bin Zayid yang merupakan jenderal dinasti Umayah melakukan ekspansi ke tanah Spanyol (lihat tulisan saya sebelumnya Harga dari Sebuah Kesabaran) pada 29 April 711. Saat menginjakkan kakinya di Andalusia, Thariq bin Zayid langsung memberi instruksi singkat kepada komandannya untuk membakar kapal.

Siasat itu digunakan demi melecut motivasi pasukannya agar meraih kemenangan. Lantaran, di belakangnya terhampar lautan luas yang bisa menelan mereka hidup-hidup jika berpaling. Sementara, di depannya ratusan ribu tentara musuh yang tentu tidak akan memberi ampun. Maka, membakar kapal jadi pilihan terbaik yang berujung kemenangan pasukannya.

*       *       *

SEPERTI tulisan saya sebelumnya (Ketika Pep di-PHP Max), Allegri bak ahli siasat di lapangan hijau layaknya Zhuge Liang. Terbukti, hingga nyaris sepertiga pertandingan, Juventus masih mengungguli Muenchen dengan dua gol tanpa balas. Secara tidak langsung, strategi memunggungi sungai yang berarti menyerang habis-habisan demi kemenangan akan terwujud.

Dari layar televisi, raut Josep Guardiola tidak sedap dipandang. Sementara, di bangku cadangan, para pemain Muenchen terlihat frustrasi. Mario Goetze berulang kali melirik papan skor di kejauhan. Pahlawan Jerman pada Piala Dunia 2014 itu seperti tak percaya jika timnya harus tersingkir. Pada saat yang sama, yel-yel kemenangan dikumandangkan segelintir Juventini yang mendukung tim kesayangannya di Fussball Arena.

Apakah itu berarti pertandingan sudah selesai? Belum. Penampilan Juventus pada Rabu (16/1) atau Kamis dini hari WIB memang menerapkan strategi memunggungi sungai dengan sangat baik. Ya, benar-benar sempurna. Hingga, saking sempurnanya, ending-nya pun seperti keempat cerita di atas.

Xiang Yu bunuh diri setelah selalu menang nyaris dalam setiap pertempuran. Tapi, kalah pada perang terakhir yang sangat menentukan ketika menghadapi siasat Han Xin yang jadi komandan Liu Bang. Pun begitu dengan Cao Cao. Susah payah mempertahankan dinasti Han dan putranya, Cao Pi mendirikan kerajaan Wei. Namun, yang menyatukan tiga negara -Wei, Shu, dan Wu- justru dari cucu Sima Yi, yaitu Sima Yan, dengan mendirikan dinasti Jin.

Serupa dengan Thariq bin Zayid yang meski sukses menginvasi Spanyol, namun kepemimpinannya relatif singkat. Setelah dirinya mangkat, tak lama kemudian dinasti Umayah pun angkat kaki hingga saat ini hanya menyisakan sedikit monumen di Andalusia.

Bagaimana dengan Han Xin? Adagium lawas berkata, "Sebagaimana di langit hanya ada satu matahari, begitu juga dalam sebuah negara cuma terdiri dari satu pemimpin". Kebesarannya itu membuat Liu Bang iri sekaligus khawatir anak buahnya bakal memberontak. Setelah mengalahkan Xiang Yu dan mendirikan dinasti Han, pada 196 sebelum masehi, Liu Bang pun meminta Han Xin untuk menghadap. Saat itu juga, salah satu jenderal terbaik Tiongkok ini langsung dieksekusi dengan tuduhan rencana membelot terhadap kaisar.

Akhir yang tragis untuk Han Xin. Sama tragisnya dengan Allegri. Sehari sebelum bursa transfer musim panas ditutup, pelatih 48 tahun ini meminjamkan Kingsley Coman ke Muenchen. Itu jadi keputusan fatal yang efeknya berimbas pada timnya tujuh bulan kemudian. Sebab, justru Coman yang menghancurkan harapan "I Bianconeri" lewat golnya pada menit ke-110 hingga memastikan kemenangan Muenchen 4-2. Ironisnya lagi, yang memberi assist Coman, justru sesama eks Juventus yang dilepas musim panas lalu, Arturo Vidal.

Selamat untuk Muenchen. Kalian memang pantas lolos. Untuk Juventini -julukan fan Juventus- jangan larut dalam kesedihan. Pepatah mengatakan, "Selama gunung masih menghijau, jangan takut kehabisan kayu bakar". Alias, selama nafas masih tertiup, masih ada waktu untuk melihat tim favorit kita berjaya kembali di Liga Champions.

*       *       *
Seri Liga Champions 2015/16:
Menanti Juventus Menguji Sejarah
Tujuh Tempat Nobar Asyik di Jakarta
Apalah Artinya Sebuah Nama
Ketika Pep di-PHP Max

Artikel Terkait:
- Ironi Kompasianer dan Hasil Karyanya
- Harga dari Sebuah Kesabaran
- Dua Sisi Juventus: Belum Layak Tampil di Eropa?

*       *       *
- Jakarta, 17 Maret 2016

Titik Nadir Sepak Bola Italia?

$
0
0

Massimiliano Allegri dan Paul Pogba saat Juventus tur ke Indonesia, 5 Agustus 2014
"Italy have no team in the quarter final of the Champions/Europa League (Coppa UEFA inc.) for the first time since 2000/01. Tragic."

Membaca cuitan dari Opta, kemarin, membuat saya miris. Betapa tidak, Seri A yang pada dekade 1990-an dinobatkan sebagai kiblat sepak bola dunia, kini tanpa wakil di dua kompetis Eropa yang memasuki perempat final.

Padahal, Italia mengirim enam wakilnya musim ini. Juventus, AS Roma, dan Lazio, di Liga Champions. Sementara, Fiorentina, Napoli, dan Lazio, di Liga Europa. Ironisnya, tidak ada satu pun dari mereka yang melaju ke babak delapan besar. Itu mengapa Opta menyebutnya tragis, mengingat ini kali pertama sejak 2000/01, Seri A tanpa wakil di Liga Champions dan Liga Europa (dulu Piala UEFA).

Kemerosotan itu diawali tersingkirnya Sampdoria pada kualifikasi ketiga Liga Europa. "Il Samp" kalah 0-4 di markas sendiri, Stadion Luigi Ferraris (30/7) dari klub yang bisa dibilang antah berantah, FC Vojvodina. Sepekan kemudian, mereka memang menang 2-0 di markas tim asal Serbia tersebut. Namun, itu tidak cukup karena agregat jadi 2-4.

Dua tim lainnya menyusul untuk mengemas koper pada 32 besar. Napoli disingkirkan Villarreal, agregat 1-2, dan Fiorentina dikecundangi Tottenham Hotspur (agregat 1-4).

Lazio mengulangi kegagalan Sampdoria dengan tereliminasi pada play-off Liga Champions dari Bayer Leverkusen, agregat 1-3. Beruntung, "Elang Ibu Kota" itu dapat jatah di Liga Europa yang sayangnya terhenti pada 16 besar. Mereka, awalnya tampil gagah dengan menahan 1-1 di markas Sparta Praha (10/3). Namun, sepekan kemudian malah dikecundangi klub asal Ceko itu di kandang sendiri, Stadion Olimpico, dengan gelontoran tiga gol tanpa balas!

Klub sekota Lazio, Roma secara menyedihkan juga dipulangkan Real Madrid pada 16 besar Liga Champions, dengan agregat 0-4. Masing-masing dengan skor 0-2 di markas sendiri, Olimpico, dan Stadion Santiago Bernabeu.

*       *       *
Harapan satu-satunya wakil Italia ada pada Juventus. Sayangnya, nasib peraih scudetto empat musim beruntun itu lebih tragis lagi. Pasukan Massimiliano Allegri sukses menahan Bayern Muenchen 2-2 setelah tertinggal dua gol lebih dulu pada leg pertama 16 besar di Juventus Stadium (23/2). Hanya, tiga pekan kemudian, runner-up Liga Champions musim lalu itu dipermalukan Muenchen 2-4 di Fussball Arena, hingga agregat jadi 4-6.

Kegagalan Juventus membuat Italia semakin sulit untuk mengejar Inggris dalam koefisien UEFA yang berujung pemberian empat tiket ke Liga Champions. Berdasarkan rilis resmi Asosiasi Sepak Bola Eropa per 18 Maret, Italia masih menempati urutan empat dengan 70.439 poin. Seri A tertinggal jauh dibanding Inggris yang berada di posisi tiga dengan 74.784 poin, Jerman (78.781), dan Spanyol (100.713).

Itu berarti, hingga 2018/19, Italia masih hanya mengirim tiga tim di Liga Champions (satu dari play-off). Sebab, sesuai regulasi, hanya negara di posisi tiga besar koefisien UEFA yang berhak mempunyai empat wakil di Liga Champions.

Padahal, musim lalu, Italia nyaris mendekati Inggris ketika menempatkan tiga wakilnya di semifinal dua kompetisi Eropa. Juventus di Liga Champions yang akhirnya jadi runner-up dan Napoli-Lazio di semifinal Liga Europa. Pada saat yang sama, tidak ada wakil Inggris sama sekali di perempat final dua kompetisi tersebut.

Tapi, kini sebaliknya. Inggris diwakili dua tim (Manchester City di Liga Champions dan Liverpool di Liga Europa). Sementara, Jerman ada tiga klub (Muenchen dan Wolfsburg di Liga Champions dan Borussia Dortmund di Liga Europa). Di sisi lain, Spanyol, masih mendominasi dengan enam tim sekaligus (Barcelona, Real Madrid, dan Atletico Madrid di Liga Champions, serta Sevilla, Athletic Bilbao, dan Villarreal di Liga Europa).

Dengan fakta tersebut, timbul pertanyaan yang jawabannya bisa kita cari pada rumput yang bergoyang. Apakah musim ini jadi titik nadir sepak bola Italia di kancah Eropa?

*       *       *
Wakil Italia yang Mencapai Perempat Final di Kompetisi Eropa sejak 2001/02

Liga Champions
2001/02 -
2002/03 AC Milan, Juventus, FC Internazionale
2003/04 AC Milan
2004/05 AC Milan, Juventus, FC Internazionale
2005/06 AC Milan, Juventus, FC Internazionale
2006/07 AC Milan, AS Roma
2007/08 AS Roma
2008/09 -
2009/10 FC Internazionale
2010/11 FC Internazionale
2011/12 AC Milan
2012/13 Juventus
2013/14 -
2014/15 Juventus
2015/16 -

Liga Europa/Piala UEFA
2001/02 FC Internazionale, AC Milan
2002/03 Lazio
2003/04 FC Internazionale
2004/05 Parma
2005/06 -
2006/07 -
2007/08 Fiorentina
2008/09 Udinese
2009/10 -
2010/11 -
2011/12 Lazio
2012/13 Lazio, FC Internazionale
2013/14 Juventus
2014/15 Napoli, Fiorentina
2015/16 -
*       *       *
Referensi: Twitter Opta, Arsip UEFA

*       *       *
Seri Liga Champions 2015/16:
Akhir Tragis dari Strategi Memunggungi Sungai ala Han Xin (Bei Shui Yi Zhan)
Menanti Juventus Menguji Sejarah
Tujuh Tempat Nobar Asyik di Jakarta
Apalah Artinya Sebuah Nama
Ketika Pep di-PHP Max
*       *       *
Jakarta, 19 Maret 2016

Resensi Buku Fenomenologi Wanita Ber-High Heels

$
0
0

Fenomenologi Wanita Ber-high heels karya Ika Noorharini

"Siapa yang dapat menyangka jika high heels yang sangat cantik, seksi, dan fiminin, pertama kali dikenakan oleh... Pria!"
SAYA termasuk -mungkin- segelintir orang yang tidak percaya dengan pepatah, "Jangan lihat buku dari sampulnya". Sebab, ketika saya ingin membeli buku, yang pertama kali membuat saya tertarik tentu melihat cover-nya.

Ibaratnya, kenyamanan dari suatu rumah terlihat pada halamannya. Itu mengapa, mayoritas pria -termasuk saya- adakalanya menyukai wanita yang berawal dari kecantikannya. Bisa jadi, banyak yang membantah dan tidak setuju. Tapi, faktanya seperi itu.

Oke, kembali soal buku. Selain sampul, faktor yang membuat saya tergiur ada pada kedalaman isi, bukan dari tebalnya buku tersebut.
*       *       *

PAGI itu, langit ibu kota tampak mendung. Matahari di atas sana terlihat malu-malu untuk memancarkan sinarnya. Ketika asyik berselancar di teras, datang kurir ekspedisi yang mengantarkan buku pesanan saya. Wow... Akhirnya tiba juga yang ditunggu-tunggu.

Saya yang saat itu sedang menikmati suasana santai, langsung membuka bungkusan yang menutupi buku tersebut. Upz, tampak dua model kembar berbusana hitam yang sangat memesona dengan di sisinya terdapat tulisan mencolok: Fenomenologi Wanita Ber-high heels. Sementara, di posisi paling bawah terdapat nama penulisnya, Ika Noorharini.

Kesan pertama saya melihat halaman depan buku tersebut mengerucut pada satu kata: Seksi! Wajar saja mengingat pria merupakan makhluk visual. Seketika, teringat akan iklan zaman baheula, "Kesan pertama begitu menggoda. Selanjutnya, terserah Anda..."

Tanpa butuh waktu lama, saya langsung melahap buku setebal 112 halaman ini ditemani secangkir kopi ginseng yang hangat. Sejak menatap cover -yang akhirnya saya tahu kakak adik- Rinni dan Rinna Suri sampai pada halaman terakhir Fenomenologi Wanita Ber-high heels, saya mendapat pengalaman baru mengenai sepatu hak dan sejarahnya.

Sayangnya, meski sudah membacanya hingga selesai dalam waktu kurang lima jam, masih ada yang mengganjal. Maklum, saya merupakan cowok yang tentu saja belum pernah memakai sepatu hak. Untuk itu, dalam beberapa hari selanjutnya, saya pun coba menanyakan kepada tiga rekan blogger wanita tentang pengalamannya bersama high heels.

"Ngga enak," jawab rekan blogger dengan singkat melalui aplikasi whatsapp. Bisa dipahami mengingat sepengamatan saya, sosok yang berprofesi sebagai jurnalis tv ini kerap memakai sneakers dalam kesehariannya.

Selanjutnya, dari rekan blogger yang enggan disebut namanya saat bertemu di suatu acara. "Gue dari kecil sampe udah punya anak kecil lagi, paling demen pake high heels. Tapi, tergantung kebutuhan juga, rul. Kalo lagi nganter bocah ke sekolah, ga mungkin pake hak tinggi. Secara, susah buat nginjek pedal gas atau rem," tutur wanita berusia 30-an ini sambil terkekeh dan sempat heran karena saya bertanya mengenai sepatu hak yang menurutnya tak lazim bagi pria.

Terakhir, komentar dari Roosvansia yang merupakan salah satu beauty blogger kondang. Pemilik blog di alamat www.roosvansia.com ini, sangat antusias menjawab pertanyaan saya mengenai pengalamannya bersama sepatu hak.

Bahkan, Roosvansia turut memperlihatkan beberapa koleksi high heels-nya, "Selalu ada penderitaan dibalik heels, but it's oke kalau sakit dipake yg penting cantik dilihat. Oh ya, pake heels itu bisa bikin bokong (kelihatan) lebih naik dan paha juga betis lebih kenceng. Jadi yg sexy jadi sexy, nah yg udah sexy jadi makin sexy deh."

*       *       *

TIGA komentar itu sukses menjawab penasaran saya seusai membaca Fenomenologi Wanita Ber-high heels. Yang menarik, dalam bukunya, Ika membeberkan rahasia mengenai sepatu hak yang membuat saya terkejut. Sebab, dalam sejarahnya justru pria yang ternyata kali pertama mempopulerkan high heels.

Itu terdapat pada halaman 30 ketika saya yang memang menyukai sejarah membaca tentang imperium Persia. Bahkan, wanita yang akrab disapa "Non" ini memberikan fakta lain. Bahwa, bangsawan Eropa pada abad pertengahan juga memakai sepatu hak sebagai simbol eksklusif dalam kalangan mereka.

Khususnya, sejak Raja Prancis Louis XIV membuat larangan tegas penggunaan high heels untuk rakyat jelata pada abad 17. Nah, uniknya lagi, Ika menulis, saat itu, banyak bangsawan yang memakai sepatu bertumit dengan tinggi lebih dari 10 cm demi menunjang penampilannya. Saya sulit membayangkan gimana caranya mereka berjalan dengan hak setinggi itu.

Lalu, sejak kapan wanita mulai mengenakan high heels? Menurut riset yang dilakukan Ika selama tiga tahun untuk buku perdananya ini, ternyata kaum hawa belum lama mengenakan sepatu hak. Tepatnya baru pada dekade 1950-an yang dipopulerkan Christian Dior.

Meski, Ika juga menyebut, penggunaan sepatu hak tinggi untuk wanita sudah ada sejak 3500 sebelum masehi  yang ditandai dengan mural di berbagai dinding gua di Mesir. Hanya, wanita yang kini tinggal di London, Inggris, ini menilai, saat itu, perkembangan high heels belum semasif sekarang. Saya setuju dengan Ika mengingat perkembangan zaman memang menuntut suatu mode untuk lebih menyesuaikan diri.


Membaca Fenomenologi Wanita Ber-high heels ini tidak hanya membuat saya paham mengenai perkembangan sepatu hak yang kali pertama dipopulerkan pria. Melainkan juga menambah wawasan saya mengenai dunia wanita. Yaitu, tentang bagaimana mereka berkorban untuk terlihat anggun di hadapan pasangannya.

Dan, buku ini menjelaskannya secara lugas serta mendalam agar pria bisa lebih memahami wanita.

Judul: Fenomenologi Wanita Ber-High Heels
Penulis: Ika Noorharini
Penerbit: PT Artha Kencana Mandiri
Rilis: September 2015
Halaman: 112
ISBN: 978-602-73069-0-5

*       *       *

Artikel selanjutnya:
- Ngobrol Bareng Ika Noorharini: Tentang Riset Mendalam untuk Menulis Buku

Resensi Penulis Wanita Sebelumnya (selengkapnya di halaman Resensi):
- The Smiling Death (Arimbi Bimoseno)
- Macaroon Love (Winda Krisnadefa)
- 15 November (Anazkia)
- Ketika Tuhan Mengizinkan Aku Sakit (Christie Damayanti)
- Karma (Arimbi Bimoseno)
- Kompilasi Kompasianer
- Jakarta Banget (Antologi)
- Tembang Cinta Para Dewi (Naning Pranoto)
- Perempuan Tuna Rungu Menembus Batas (Angkie Yudistia)
- The Last Empress (Anchee Min)
- Empress Orchid (Anchee Min)
- Yakuza Moon (Shoko Tendo)

*       *       *
- Jakarta, 20 Maret 2016

(Esai Foto) Tapak Tilas Zaman Sekolah Bersama Kelas Blogger #6: Belajar Fotografi dan Vlog

$
0
0
(Esai Foto) Tapak Tilas Zaman Sekolah Bersama Kelas Blogger #6: Belajar Fotografi dan Vlog



"KETUA yayasannya kang Arul (Rully Nasrullah). Kalau Kepsek (kepala sekolah) pak Syaifuddin Sayuti. Itu istilah di Kelas Blogger. Ada ketua kelas, murid, guru BP, dan lain-lain," demikian jawaban dari Liswanti Pratiwi, beberapa hari lalu saat saya bertanya informasi mengenai Kelas Blogger, yang mengingatkan saya saat sekolah dulu.

Kebetulan, 11 Maret lalu, saya baru saja terpilih untuk mengikutiKelas Blogger #6yang bertema Praktik Membuat Vlog (Video Blogging) dengan Kamera Handphone. Karena saat itu masih awam, jadi saya bertanya kepada Liswanti yang menjelaskannya secara rinci.

Sebenarnya, saya sudah lama mengenal Kelas Blogger, bahkan sejak edisi perdanapada 15 November lalu sempat mau ikut ketika kang Arul men-share di Facebook. Namun, karena saat itu bertepatan dengan "One Day Challenge" sebagai pemenang lomba yang diselenggara Toyota Astra Motor (TAM) di Pasar Ah Poong, Sentul, Jawa Barat. Alhasil, saya pun mengurungkan niat untuk daftar Kelas Blogger.

Pada edisi kedua bertema infografis -yang saat ini antusias untuk dipelajari- saya kembali mendaftar. Sayanngya terlambat, karena kuota sudah penuh. Meski begitu, saya tetap antusias menyimaknya di lini masa twitter. Pada Kelas Blogger #3 dan #5 saya kembali lewatkan karena bertepatan dengan event lain yang sudah saya ikuti.

Pun dengan edisi keempat di Pulau Bangka yang -lagi-lagi- nyaris ikut. Hanya, saat membaca ketentuannya harus punya akun Path dan follower Instagram di atas 500, saya langsung mengibarkan bendera putih.

Hingga, benar yang disebutkan dalam adagium lawas, "Selama gunung masih menghijau dan air sungai tetap mengalir, masih ada waktu untuk bersama lagi".

*        *        *

Pagi itu, Minggu (20/2) dengan mata yang kondisinya lima watt, saya menuju gedung Nutrifood Inspiring Center (NIC) di kawasan Menteng Square, Jakarta Pusat. Yupz, meski kurang tidur karena subuh harinya begadang untuk nonton bareng (nonbar) AS Roma versus FC Internazionale di Sency, akhirnya saya bisa mengikuti Kelas Blogger #6 untuk perdana.

Setelah sempat muter-muter nyari lokasinya, beruntung saya ketemu Sari Novita yang menunjukkan NIC. Oh ya, wanita yang menolak saya panggil "bu" melainkan cukup "mbak" ini, yang mengajak saya bergabung dengan Kelas Blogger, dua pekan lalu.
*        *        *

Kelas Blogger #6 dibuka Dudi Iskandar yang sharing Komposisi Foto bertema "Praktik Mengabadikan Peristiwa Melalui Kamera Handphone. Bagi saya ini menarik, mengingat foto merupakan salah satu andalan blogger selain artikel, video, dan infografis. 

Terutama saat pria yang akrab disapa kang Dudi ini berbagi info mengenai esai foto. Kebetulan, dalam beberapa bulan terakhir saya sering menggunakannya untuk artikel di blog

Bahkan, saat itu rekan blogger Kornelius Ginting bertanya kepada saya mengenai esai foto yang sering saya tulis. Saya jawab, sebenarnya, esai foto yang sering saya tulis -termasuk artikel ini- bukan esai foto. Lebih tepatnya, -seperti yang diungkapkan rekan blogger sekaligus jurnalis senior yang juga mengelola suatu komunitas- menyebutnya sebagai kronologis foto

Namun, karena menurut beliau tidak ada genre tersebut, jadi artikel saya mengenai esai foto juga bisa disebut sebagai esai foto. Dengan catatan, tidak pyur esai foto. Beda dengan esai foto yang pernah saya buat empat tahun lalu di Kompasiana yang benar-benar foto bercerita.

Berkat kang Dudi, saya jadi tertarik bikin foto dengan gambar hitam-putih. Apalagi, pemilik blog www.kangdudi.com ini membeberkan rahasia membuat foto hitam-putih agar lebih menarik. Salah satunya dengan teknik EDFAT yang merupakan akronim dari Entire, Detail, Frame, Angle, dan Time. Suatu tambahan ilmu yang bermanfaat bagi saya setelah mengikuti Kelas Blogger #6.

*        *        *

"Untuk yang mendapatkan buku I Am Hope, Choirul Huda," demikian pengumuman Syaifuddin yang membuat saya kaget. Wow... Baru pertama kali ikut, sudah dapat doorprize! Apalagi, buku ini yang saya idamkan dari bulan lalu tapi hingga kini belum sempat ke toko buku. Tepatnya saat menyaksikan film yang diproduseri Wulan Guritno ini.
*        *        *

Sesi selanjutnya, bertema "Pemanfaatan Aplikasi Video" dari Dede Ariyanto dan "Merencanakan Laporan Vlog" (Fachiratul Jannah). Kolaborasi suami-istri ini mengingatkan saya dengan duet blogger lainnya yang saya kenal sejak aktif di Kompasiana. Beberapa di antaranya seperti Yusep Hendarsyah-Uli Harti, Teddy Rustandi-Reni Marthauli, dan Erri Subakti-Vema Syafei.
*        *        *

Saya baru tahu, ternyata dengan aplikasi gratisan di ponsel android, bisa membuat video dengan kualitas terbaik. Itu setelah kolaborasi Dede-Icha berbagi info kepada peserta Kelas Blogger untuk praktik Vlogging dengan aplikasi Kine Master.
*        *        *

Dua rekan blogger, Nur Aliem Halvaima dan Agung Handoyo sangat antusias untuk praktik vlogging melalui aplikasi Kine Master. Oh ya, meski awalnya rumit, namun aplikasi ini tergolong mudah dipahami. Asalkan, tekun dan mau mencoba. Bahkan, ada beberapa blogger yang langsung mencobanya dengan baik. Termasuk saya yang -sedikitnya- bisa dengan menggabungkan beberapa video di ponsel. Hanya suara yang belum mampu dikreasikan dengan baik. *belajar lagi di rumah

*        *        *

Setelah praktik foto dan video, kami pun rihat sejenak. Ada yang ngopi-ngopi ganteng -karena ngopi-ngopi cantik sudah terlalu mainstream-, ngeteh, ngemil, hingga mencicipi berbagai makanan yang ada.
*        *        *

Oh ya, ternyata makanan yang ada di meja ini merupakan bawaan masing-masing peserta Kelas Blogger. Ada cilok, kue, ketan, buah, dan sebagainya. Terus saya bawa apa? Untuk sementara, saya cuma bawa diri saya sendiri dan pakaian dua stel. *alias tangan kosong :)
*        *        *

Langit di atas ibu kota kian cerah memasuki pukul 13.30 WIB. Seusai rihat sejenak untuk ngopi-ngopi ganteng, peserta Kelas Blogger pun kembali untuk menyimak rangkaian acara. Di sisi lain, saya pamit kepada Ketua Yayasan, Kepsek, Guru, dan anggota lainnya, karena harus kembali ke kantor.

Tidak lama setelah tiba di kawasan Senayan, datang telepon dari kang Arul yang kembali mengajak untuk mengikuti Kelas Blogger #7. Namun, karena suatu hal, akhirnya saya -lagi-lagi- tidak bisa ikut. Meski begitu, untuk Kelas Blogger edisi #8, #9, #10, dan seterusnya -jika tidak bertepatan dengan hari kerja- saya siap kembali untuk menimba ilmu bersama mereka.

Dari kejauhan, tampak hamparan gunung yang menghijau dengan di sisinya gemericik sungai yang mengalir...
*        *        *
- Jakarta, 21 Maret 2016

(Esai Foto) Cerita di Balik Peringatan Hari Air Sedunia

$
0
0



DELAPAN dari 10 orang yang saya tanya, baik tatap langsung maupun online, tidak (kurang, tepatnya) mengetahui jika Selasa, 22 Maret, diperingati sebagai Hari Air Sedunia. Miris memang, mengingat air sangat penting bagi kehidupan manusia. Namun, faktanya seperti itu karena kurangnya sosialisasi pemerintah kepada masyarakat luas mengenai Hari Air Sedunia dan segenap elemen lainnya.

"Emang penting ya, sampe aer diperingati setiap tahun?"
"Lha, kami aja kalo masuk Maret khawatir banjir. Boro-boro peringatin hari aer segala."
"Bro, gue tahunya 22 Maret itu ultah BCL (Bunga Citra Lestari)."
"Oh, hari air sedunia ya. Bagus deh. Yang gue liat dari pagi malah demo taksi."

*        *        *

Ruang Balai Agung, Balai Kota DKI Jakarta, Selasa (22/3), dipenuhi ratusan manusia. Saya yang datang menggunakan sepeda motor harus melewati ribuan pendemo yang memenuhi Jalan Merdeka Selatan. Ya, sejak pagi, aparat keamanan seperti satpol pp, kepolisian, dan TNI, bersiaga di depan kantor Gubernur Jakarta.

*        *        *

Kehadiran saya di markas DKI 1 itu untuk mengikuti Diskusi Hari Air Sedunia 2016 yang diselenggarakan Tempo Media Group. Sambil menikmati manisnya secangkir kopi hitam menjelang acara dimulai pukul 09.00 WIB, saya sedikit menyayangkan. 

Sebab, acara bertema "Menghadapi Tantangan Krisis Air Perkotaan" itu seperti hanya khusus untuk dua kelompok. Mahasiswa dan undangan seperti pejabat, perwakilan pemerintah kota DKI, dan instansi terkait.

Sementara, untuk blogger, nyaris tidak ada -bukan berarti nihil. Ini sangat disayangkan mengingat di Tanah Air ini tidak kekurangan blogger yang konsisten menulis tentang air dan juga lingkungan hidup. Apalagi, Tempo memiliki Indonesiana yang merupakan wadah blog publik.

*        *        *

Saya melirik jam di telepon seluler (ponsel) sudah menunjukkan pukul 11.25 WIB. Namun, belum ada tanda-tanda acara yang disebut Ngobrol Tempo -serupa dengan Kompasiana Modis- ini dimulai. Beruntung, di depan layar terdapat beberapa tayangan menarik dari publik figur. 

Ada Najwa Shihab, Dian Sastrowardoyo, Leila S. Chudori, Joko Anwar, hingga Aburizal Bakrie. Bagi saya, yang menarik justru mendengar komentar Ketua Umum Golkar itu saat memberi sambutan HUT ke-45 Tempo, "Semoga Tempo nanti ke depan akan makin baik, lebih baik, bagi negara (dan) bangsa. Kalau berita jangan dipelintir-pelintir. Nanti orang ga ada yang mau baca Tempo gitu. Tempo-tempo baik, Tempo-tempo tidak."

*        *        *

Setelah molor 30 menit lebih, akhirnya acara siap dimulai. Ternyata keterlambatan itu akibat Gubernur DKI Basuki Tjahaya Purnama, harus mengikuti rapat sebelumnya. Mungkin, terkait demo yang hari itu merebak di kalangan pelaku transportasi umum.

*        *        *

Keberadaan pria yang akrab disapa dengan Ahok itu tergolong singkat. Tidak sampai 20 menit di atas panggung saat memberi sambutan. Namun, justru sosok 49 tahun ini merupakan magnet utama. Terlebih, Basuki, seperti biasa dengan gaya ceplas-ceplosnya mengomentari krisis air di ibu kota.

"Saya gini-gini lulusan Geologi. Saya ngerti soal ini. Ga jelek-jelek amat nilai sekolah dapat B. Ada yang A beberapa. Jadi, ga terlalu bodoh saya, pintar juga nggak. Kalo pintar saya ntar jadi dosen," kata Basuki yang disambut riuh dari ratusan peserta Ngobrol Tempo seperti saya rekam lewat video berdurasi 4.50 menit di laman youtube (https://youtu.be/w6lyF4X9sWg).

*        *        *

"Eh jangan dorong-dorongan dong. Sempit tahu."
"Maaf mbak, kalo mau lega di jalan sana sekalian ikut demo."
"Pak Ahok, senyum dong kita mau selfie nih."
"Gue upload ke twitter, hashtag-nya #NgobrolTEMPO sama #HariAirDunia atau #HariAirSedunia?"
"Ternyata pak Basuki orangnya ramah ya. Kok kita kalo lihat di tv, kesannya marah-marah terus. Salah tv apa salah pak Bas?"
"Salah gue. Salah temen-temen gue. Mungkin, ini semua salah Rangga yang ninggalin Cinta."

*        *        *

Setelah Basuki memberikan sambutan mengenai "Kelangkaan air yang terjadi di DKI dan pentingnya usaha untuk menanggulangi masalah krisis air yang dialami," acara berlanjut. Sesi ini menampilkan empat pembicara yang kompeten di bidangnya dengan dipandu Bagja Hidayat selaku Redaktur Utama Tempo Media Group, seperti yang saya catat dan rekam sepanjang acara:

- Teguh Hendarwan selaku Kepala Dinas Tata Air DKI menjabarkan tentang, "Ketersediaan dan pengelolaan air di Jakarta.
- Erlan Hidayat (Direktur Utama PAM Jaya): Pemenuhan kebutuhan air Jakarta.
- Barce Simamarta (Direktur Technical Services PALYJA): Pemanfaatan air sungai untuk penyediaan air bersih Jakarta.
- Firdaus Ali (Pendidik, Peneliti, dan Praktisi bidang Bioteknologi Lingkungan sekaligus staf khusus Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat): Water Cycle dan keberlanjutan ketersediaan air baku di Jakarta.

*        *        *

Diskusi tanpa solusi bagi saya itu omong kosong. Saya kerap jemu menghadiri acara yang hanya diskusi sepanjang waktu dengan argumen masing-masing tapi tanpa adanya solusi. Saya harap itu tidak terjadi pada Ngobrol Tempo yang harusnya ada implementasi lebih lanjut. Terutama karena Basuki juga mengakui jika saat ini baru 60 persen warga Jakarta yang mendapat akses air bersih melalui air perpipaan.

Poin positif yang saya catat dari Basuki saat menegaskan dirinya memang sebagai pemimpin yang melayani, melindungi, dan mengayomi rakyatnya serta bukan sekadar bos yang kerjanya hanya memerintah bawahan, "Saya kira itu, silakan bapak dan ibu diskusi saja. Saya ga ada di tempat. Kalau ada saya nanti (kalian) ga enak kan. Nanti hasilnya tinggal perintah saya. Mau apa yang dikerjain. Yang penting bapak-ibu kompak, nanti saya kasih Dirut PAM. Tinggal minta dia beresin mau minta berapa triliun? Empat-lima (triliun) gue kasih. Jadi, ga ada alasan uang di Jakarta. Tinggal, alasan Anda mau atau tidak. Punya ide atau tidak untuk langsung dikerjakan." 

*        *        *


Nyaris dua jam diskusi berlangsung dengan interaktif. Salah satu yang menarik ketika mendengar pemaparan dari Brace mengenai pemanfaatan air kanal banjir barat yang bisa menghasilkan 500 liter/detik dengan menerapkan teknologi pengolahan biologis. Pasalnya, dengan teknologi yang kini tengah diselesaikan instansinya, kelak warga Jakarta bisa mendapatkan air bersih yang memenuhi standar kualitas dari Kementerian Kesehatan.

Sebelumnya, saya sempat kaget ketika mendapati kenyataan sekitar 40 persen warga ibu kota belum mendapat akses air bersih. Alhasil, mayoritas masih mengkonsumsi air tanah yang kita ketahui berdampak buruk bagi kesehatan. Ooh... Ini jadi catatan yang menohok pada peringatan Hari Air Sedunia.

*        *        *

Setelah acara selesai lewat pukul 13.00 WIB, saya pun memanfaatkannya dengan berkeliling sejenak di sekitar Balaikota. Ternyata, saya baru tahu kalau Kompleks Kantor Gubernur DKI itu dibuka untuk umum setiap Sabtu. Itu setelah saya mendapat informasi dari salah satu petugas keamanan, "Iya mas dibuka buat umum setiap akhir pekan. Gratis dan masyarakat bisa menjelajah ke setiap ruangan untuk melihat tempat kerja pak Ahok."

*        *        *

Di sudut Balai Agung, terdapat beberapa foto mengenai kinerja Pemerintah Kota DKI. Salah satu yang menarik tentang penertiban bangunan kawasan kalijodo. Lokasi yang terletak di sisi timur Banjir Kanal Barat ini ternyata berkolerasi dengan peringatan Hari Air Sedunia.

*        *        *

Ketika melangkah menuju tempat parkir, tampak beberapa personil TNI sedang beristirahat. Ada yang makan, salat, dan tidur, seusai bertugas menjaga aksi demonstrasi di depan Balaikota. Di sepanjang Jalan Merdeka Selatan, berserakan sampah, daun, dan ranting pohon serta bunga yang berguguran karena terinjak pendemo. Terlihat beberapa petugas harian lepas berusia paruh baya tengah menyapu sampah tersebut yang esoknya saya baru tahu beliau dapat apresiasi dari Basuki.

Di sisi lain, saya merasa ada yang aneh dengan hari itu. Sebab, ibu kota tampak langgeng, khususnya ruas utama di sepanjang Jalan Sudirman. Selepas kawasan SCBD menuju Patung Pemuda Membangun, aparat keamanan menutup satu jalur karena saat itu sedang dipakai demo. Ya, bagaimanapun, Hari Air Sedunia hanya diperingati setiap tahun. Sementara, kebutuhan hidup berlangsung setiap hari.

*        *        *         *        *        *


*        *        *         *        *        *

Artikel selanjutnya:
- (Esai Foto) Sepenggal Kisah pada Hari Air Sedunia
- Menelusuri Jejak RI 1 (dan calon) dari Kantor DKI 1

Artikel Terkait:
Sosok Pemungut Sampah yang Terlupakan
Tenggelamnya Tiang Gawang Kami
- (Esai Foto) Anugerah Jurnalistik Aqua: Antara Kritik dan Apresiasi
- Anomali Ahok: Pahlawan atau Pengkhianat?
- Sisi Lain Krishna Murti: Catatan Polisi di Mata Blogger
Pelabuhan Sunda Kelapa: Banyak Sampah dan Airnya Tercemar Limbah
Perlunya Peraturan Tegas Pemerintah dalam Menangani Banjir
"Jakarta Banget": Mengupas Sisi Lain Kehidupan Jakarta 
Ketika Sepak Bola Tinggal Kenangan
Menyaksikan Keindahan Pelabuhan Sunda Kelapa yang Termahsyur
Waspadai Pohon Tumbang Mengancam Kendaraan Kita
- Sisi Lain Banjir Ibu Kota

*        *        *
- Jakarta, 24 Maret 2016

Chitato Rasa Mi Goreng dan Sensasi yang Bikin Ketagihan

$
0
0

Chitato rasa Mi Goreng


SAYA bukan tipe orang yang "jatuh cinta" pada pandangan pertama. Baik itu terhadap makhluk hidup atau benda mati. Bisa dipahami mengingat saya butuh waktu untuk akrab dengan segala sesuatunya yang tentu, menimbang pada bibit, bebet, dan bobot. Ya, konvensional. Tapi itu fakta.

Terakhir kali saya benar-benar tergiur dengan "iklan" itu terjadi pada awal 2008. Tepatnya saat antusias membeli telepon seluler (ponsel) musik bertipe xpressmusic keluaran produsen yang dulu, dijuluki milik sejuta umat. Beruntung, hingga kini ponsel tersebut masih nyaman dipakai untuk segala hal meski baterainya kerap bermasalah.

Setelah itu, biasanya saya selalu berpikir ulang untuk membeli sesuatu. Termasuk yang teranyar saat mencoba snack Chitato rasa Mi Goreng yang berkolaborasi dengan Indomie. Ya, di Tanah Air ini, siapa yang tidak tahu dengan makanan ringan yang terbuat dari kentang tersebut?

Saya pribadi mengenal Chitato sejak pertengahan 1990-an. Sebagai bagian dari periode dekade yang konon disebut sebagai generasi emas itu, saya bangga pernah memiliki tazos. yang dikeluarkan Chitato bersama "saudaranya". Yaitu, Chiki, Cheetos, dan Jetz.

Berbicara mengenai tazos, itu jadi unggulan kami (era 1990-an) untuk men-skak anak-anak dari generasi 2000-an dan 2010-an yang sudah terkontaminasi dengan teknologi. Ya, mereka yang besar dengan berbagai gadget canggih itu -seperti ponsel, game konsol, komputer, dan sebagainya-, tidak akan pernah mengetahui nikmatnya mengumpulkan tazos untuk dimainkakn bersama-sama. Baik pada hari biasa atau ngabuburit jelang berbuka puasa.

Hingga ketika Cinta yang dulu mungil ketika belanja buku bekas di Pasar Senen dan kini sudah jadi wanita karier yang mapan, Chitato tetap jadi andalan saya untuk ngemil. Khususnya sebagai teman setia saat menyaksikan pertandingan sepak bola, terutama Juventus di layar kaca.

*        *       *
NAMUN, dalam waktu beberapa lama, saya sama sekali tidak tergiur dengan Chitato yang merilis varian rasa Mi Goreng pada Februari lalu. Pun ketika iklannya jadi viral karena dimuat di berbagai media online, televisi, cetak, hingga radio, dan testimoni di berbagai blog serta forum, pada awal tahun. Bagi saya, cukup aneh jika ngemil Chitato rasa Mi Goreng.

Lantaran saya kadung cinta dengan rasa Beef Berbeque yang -jika gajian- selalu memborongnya dalam jumlah besar sebagai stok ngemil dan kawan untuk melihat para pemain Juventus di tv. Berhubung saya pernah lama tinggal di Sumatera Barat, saya beberapa kali menikmati Chitato rasa Rendang.

Hanya, bukan berarti saya suka dengan varian itu, melainkan hanya sebatas "nostalgia" saya dengan sesuatu yang khas Sumatera Barat, khususnya Padang. Untuk rasa lain, saya nyaris tidak menggubrisnya. Bagi saya, Chitato ya cukup dua rasa: Beef Berbeque dan Rendang (sesekali). Itu sudah lebih dari cukup seperti halnya slogan dari BKKBN.

Tapi, benar kata pepatah. Tak kenal maka tak sayang. Ternyata, adagium kuno itu berlaku bagi saya. Tepatnya, Kamis (3/3) ketika menonton "Derby d'Italia" antara FC Internazionale versus Juventus pada semifinal leg kedua Piala Italia.

Kebetulan, sore harinya ketika mampir di suatu minimarket dekat kantor di bilangan Senayan, stok Chitato rasa Berbeque dan Rendang sedang kosong. Beberapa pramuniaga menawarkan solusi dengan rasa Spicy Chicken, Chicken Berbeque, Original, hingga oriental (Japanese Okonomikayi) yang menurutnya sama seperti Rendang. Tentu saja, tawaran itu saya tolak dengan halus.

Sebab, meski lahir dari "rahim yang sama" sebagai keluaran PT Indofood Sukses Makmur, tetap saja beda. Begitu juga ketika mbak-mbak pramuniaganya menawarkan rasa Mi Goreng, saya kembali bergeming. Hingga, ketika mereka sudah bolak-balik ke gudang untuk mencari Berbeque dan Rendang, masih tidak ada juga, akhirnya saya luluh.

Bisa jadi karena tidak enak dengan mbak dan mas pramuniaga yang sudah memberi pelayanan istimewa demi sebuah snack. Alhasil, karena tidak ada pilihan lain untuk menemani nonton bola malam harinya, saya pun mengambil dua pcs Chitato rasa Mi Goreng.

Sesampainya di rumah pada dini hari WIB yang dingin, setelah menyalakan tv untuk melihat siaran langsung Inter-Juve, saya membuka cemilan tersebut. Sekilas, tiada yang aneh. Baik ukuran, kemasan, dan tampilan dalam serta luar. Isinya masih seperti Chitato yang dulu. Alias sedikit.

Oh ya, bagi saya Chitato identik dengan dua hal. Rasanya yang pas lantaran seperti terdoktrin sejak 1990-an dan isinya yang memang sedikit. Jadi, saya ngemil Chitato itu satu bungkus tidak cukup. Namun, kalau dua, justru uang saya yang tidak cukup. Ya, seperti simalakama gitu.

*        *       *
KETIKA wasit Andrea Gervasoni meniup peluit tanda dimulainya pertandingan, seketika saya langsung mencicipi varian terbaru dari Chitato tersebut. Kalau mau jujur, rasanya tidak beda jauh dengan varian lainnya kecuali bumbu mi goreng yang memang sedap. Ya, sebagai mantan anak kost, sudah pasti saya familiar dengan mi instan yang dikemasannya rasa mi goreng namun aslinya justru harus direbus.

Bagi saya, selain bumbunya yang memang sedap -setara dengan Berbeque dan Rendang serta dua level di atas Original, Spicy Chicken, apalagi yang oriental-, terus terang tidak ada yang baru dari Chitato rasa Mi Goreng ini.

Hingga, ketika layar tv terlihat pertandingan berjalan 10 menit, tiba-tiba tangan kanan saya tidak menemukan apa yang saya cari dalam kemasan Chitato. Ternyata sudah kosong. Saat saya bolak-balik bungkusannya, memang nihil kecuali remah-remahan saja hingga saya mencomot satu bungkus lagi yang tersisa.

Ya, Chitato rasa Mi Goreng itu memang benar-benar mengadopsi secara nyata kolaborasi dari makanan ringan yang terbuat dari kentang dan mi instan: Satu bungkus tidak (pernah) cukup untuk menikmati sensasinya yang "kriuk-kriuk" sedap. Tapi kalau lebih dari itu justru membuat jebol kantong kami karena rasanya yang bikin ketagihan.
*        *       *
Irisan kentang yang sempurna

*        *       *
Ini tampilan belakang dari Chitato yang berkolaborasi dengan Indomie Mi Goreng

*        *       *
Yakin, satu bungkus cukup?

*        *       *
- Jakarta, 26 Maret 2016

4 Pilihan Bouncer Bayi Terbaik untuk Kenyamanan Si Kecil

$
0
0

Ilustrasi Bouncer bayi (sumber: www.bukalapak.com)

MEMILIKI buah hati yang baru berusia beberapa hari sudah tentu memberikan kesibukan luar biasa bagi Orangtuanya. Terlebih untuk para ibu yang menjaga si kecil 24 jam penuh, tentu perlu mengatur waktu dan tenaga sebaik mungkin.

Masalah akan semakin terasa berat ketika si kecil masuk ke dalam tipe bayi yang hanya bisa diam saat digendong Orangtuanya. Kondisi seperti ini akan membuat tenaga semakin terkuras sehingga nyaris tidak bisa beristirahat meski sejenak. Sebagai upaya untuk mengurangi risiko kelelahan maka, Orangtua bisa memberikan bouncer bayi untuk menenangkannya.

Oh ya, saya pribadi masih single alias belum berumah tangga yang sudah pasti belum memiliki anak. Namun, saya sering mendapat referensi dari sepupu, rekan kerja, teman, hingga sesama blogger mengenai pemilihan bouncer yang tepat untuk si buah hati. Khususnya, bagi saya pribadi yang mungkin akan jadi pertimbangan jika kelak memiliki si buah hati.

*        *        *
Pilihan Bouncer Terbaik untuk Buah Hati

Bagi orangtua yang hendak membeli bouncer tentu perlu memilih yang praktis dan sesuai kebutuhan. Beberapa pengalaman hasil referensi dan rekomendasi, saya memiliki empat pilihan yang bisa dijadikan bekal sebelum datang ke toko perlengkapan bayi:

1.BabyBjorn Babysitter

BabyBjorn merupakan salah satu brand yang aktif mengeluarkan produk bouncer yang sangat praktis dan membantu para orangtua. Salah satunya tipe Babysitter Balance yang terlihat sangat sederhana dan minim aksesoris tambahan. Desainnya yang bisa dilipat dengan mudah dibutuhkan orangtua yang hendak mengajak buah hati jalan-jalan tanpa repot.

2.Combi Pod Bouncer

Berbeda dengan bouncer yang dikeluarkan BabyBjorn, brand Combi memberikan pilihan bouncer untuk bayi yang memiliki fasilitas lengkap. Salah satu produsen bouncer bayi dari Amerika Serikat ini menambahkan mainan yang bisa dilepas pasang, alunan musik, dan dapat dikontrol naik-turunnya. Kelengkapan fasilitas yang membantu meningkatkan kenyamanan bayi membuat brand satu ini sering dijadikan pilihan. Meski lengkap, harga yang ditawarkan lumayan murah atau saya menyebutnya sangat kompetitif. Yakni sekitar Rp 600-an ribu saja, namun memberikan bouncer yang aman sekaligus supernyaman untuk si buah hati.

3.Fisher-Price Rainforest

Bagi para orangtua yang menghendaki memiliki bouncer dengan warna terang dan motif khas anak-anak yang lucu dan menarik. Brand Fisher-Price menyediakan kriteria tersebut dengan kehadiran Rainforest Bouncer. Sejak dulu, ciri khas Fisher-Price memang memberikan material yang tidak hanya nyaman tapi juga bermotif yang lucu dan penuh warna. Selain itu tersedia tambahan mainan yang bisa di gantung di bagian atas sehingga cocok untuk menjaga bayi ceria di dalam bouncer-nya. Bouncer yang diproduksi Fisher-Price ini bisa didapatkan dengan kisaran harga antara Rp 400 sampai Rp 600-an ribu.

4.4Moms MamaRoo

Brand MamaRoo disebut sebagai produsen bouncer yang menerapkan teknologi canggih untuk produksi bouncer-nya. Berdasarkan sebuah sumber yang saya dapat di internet, MamaRoo melakukan penelitian terlebih dahulu untuk mengetahui bagaimana bentuk gendongan dari orangtua. Kemudian mengaplikasikannya kepada bouncer yang dibuat sehingga memberikan kenyamanan terbaik bagi si kecil. Selain itu juga memiliki bentuk yang cantik dengan fasilitas mainan dan alunan lagu anak-anak. Keinginan untuk membawa pulang bouncer bayi satu ini bisa dilakukan dengan membayar biaya sekitar Rp 1,6 juta. Lumayan mahal. Namun, sebanding dengan kualitasnya.

*        *        *
Pertanyaannya, di mana kita bisa mendapatkan berbagai bouncer tersebut? Salah satu tempat beli bouncer ini bisa kita cek di bouncer bayi bukalapak.com. Pada situs online marketplace terkemuka di Tanah Air yang didirikan rekan blogger,  Achmad Zaky (www.achmadzaki.wordpress.com) ini, tersedia berbagai macam pilihan dan motif dari para pedagang terpercaya di seluruh Indonesia.

Yang menarik, selain keuntungan beli online melalui bukalapak.com karena murah dan terpercaya, kita juga sudah membantu para UKM yang telah jualan di bukalapak tersebut.

*        *        *
- Jakarta, 27 Maret 2016

Kolaborasi Indosat Ooredoo dan Spotify demi Manjakan Pencinta Musik lewat #FreedomMusic

$
0
0

Laman www.Spotify.com 

BAGI saya, musik itu sudah jadi kebutuhan tersier. Terutama setelah primer yang meliputi pangan-sandang-papan dan sekunder (gadget, sepeda motor, internet). Ya, dalam kehidupan sehari-hari saya, mendengarkan musik setara dengan menonton film di bioskop atau menyaksikan pertunjukkan seni. Intinya tidak wajib, tapi sedikit keharusan.

Lantaran, saya mendengarkan musik bisa dijadikan sebagai terapi kebosanan, teman dalam bekerja, serta pengobat rindu menyalurkan hobi. Itu mengapa sejak pertama kali memiliki telepon seluler (ponsel), fitur yang ada musiknya jadi pilihan utama.

Khususnya saat memiliki dua smartphone seri xpressmusic 5610 dan 5730. Bahkan, untuk yang terakhir masih bertahan sejak kali pertama menggenggamnya pada swaranamasa 2009 hingga kini masih setia menemani. Baik untuk mendengarkan ribuan lagu dan radio.

Seiring berjalannya waktu, mendengarkan musik pun disesuaikan dengan teknologi. Dulu, saya sangat menikmati Ovi Store Nokia yang kerap menyediakan banyak lagu secara gratis. Sayangnya, kini aplikasi itu sudah almarhum seiring akuisisi Microsoft terhadap perusahaan asal negerinya Jari Litmanen tersebut.

*          *          *
SAAT ini, beredar puluhan aplikasi penyedia lagu gratis yang legal. Empat di antaranya saya kenal seperti Spotify, Guvera, Deezer, dan Apple Music. Mereka memiliki kelebihan masing-masing. Namun, yang membuat saya antusias mengenai Spotify. Lantaran penyedia layanan streaming asal Swedia itu akan segera hadir di Indonesia.

Itu setelah menyimak berbagai cuitan dari akun twitter resminya yang bahkan sudah centang biru, alias terverifivasi, @SpotifyID. Dalam beberapa hari ini, mereka sukses membangun antusiasme pencinta musik di Indonesia dengan hashtag #WaktunyaSpotify.

Rencananya, Spotify akan tersedia secara resmi mulai hari ini, Rabu (30/3). Menariknya, pada peluncurannya yang berlangsung di kawasan Sudirman Central Business District (SCBD) itu, mereka bakal menggandeng salah satu operator terbesar di Tanah Air, Indosat Ooredoo.

Pertama kali saya mengetahui kabar itu pada Selasa (22/3) saat membaca laman MetroTVnews.com berjudul "Spotify Cooperates With Indosat Ooredoo to Enter Indonesian Market?". Tentu, kolaborasi antara penyedia layanan musik streaming raksasa dengan provider terkemuka di Indonesia ini sangat layak ditunggu.

Bahkan, saya mendapat informasi dari sumber terpercaya, bahwa duet kedua pemimpin pasar di bidangnya masing-masing ini demi memanjakan pelanggannya. Maklum, Spotify butuh rekan terpercaya untuk masuk ke Tanah Air setelah dikembangkan di negerinya sejak 2006.

Sementara, Indosat Ooredoo dikenal sebagai penyedia jasa telekomunikasi dan jaringan yang terpercaya sejak dulu. Itu yang mendasari saya untuk tetap sebagai pelanggan utama dari perusahaan yang bermarkas di Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat ini. Baik itu layanan prabayar (suara, SMS, dan data) dari IM3 yang saya gunakan sejak 2003 serta IM2 untuk pemakaian domain di blog ini.

Menariknya lagi, kolaborasi ini selain memanjakan pencinta musik, juga memberikan kemudahan untuk pelanggan Indosat Ooredoo. Terutama yang memakai paket Freedom Combo yang memberikan kebebasan pelanggan untuk menggunakan layanan suara, SMS, dan data sepuasnya tanpa syarat.

Sebab, menurut informasi dari sumber yang akurat, pengguna Indosat bakal mendapatkan diskon untuk langganan premium Spotify. Bisa jadi tagline Freedom Combo bakal bertambah jadi #FreedomMusic.


*          *          *
SEKADAR informasi dari situs resminya, di negara tetangga, Singapura, untuk berlangganan premium Spotify setiap bulan dikenakan 9,90 dolar Amerika Serikat (AS) atau menurut kurs Bank Indonesia saat ini sekitar Rp 137 ribu. Bagaimana dengan di Indonesia?

Tentu saja belum ada info resmi dari Spotify. Bahkan, di laman mereka pun, www.spotify.com, masih bertuliskan, "Kami belum tiba di Indonesia! Jadilah yang pertama tahu kapan kami diluncurkan."

Namun, menurut sumber resmi itu kepada saya, Spotify premium tarifnya sekitar Rp 49 ribu. Sudah pasti, nominal itu jauh lebih murah jika dikomparasi dengan layanan sejenis. Misalnya, Guvera Rp 75 ribu, Deezer Rp 73 ribu, dan Apple Music Rp 79 ribu.

Satu hal lagi, Spotify juga menyediakan layanan gratis yang tetap bisa dinikmati pencinta musik. Hanya, dengan syarat tertentu seperti daftar lagunya terbatas, tidak bisa disimpan, dan akan disusupi iklan. Sementara, untuk yang premium, lagunya bisa di-save untuk didengarkan kapan saja tanpa khawatir list-nya dibatasi dan bebas iklan.

Tentu, dua pilihan itu tergantung kita yang memutuskan. Yang pasti, sebagai pencinta musik legal, saya tak sabar menantikan kehadiran Spotify!

*          *          *
- Jakarta, 29 Maret 2016

(Esai Foto) Inovasi JNE untuk Manjakan Pelanggan lewat MyCOD

$
0
0


JALUR Nugraha Ekakurir atau disingkat JNE. Di Tanah Air ini, siapa yang tidak mengenal perusahaan ekspedisi yang berdiri sejak 1990? Mayoritas rakyat di Indonesia pasti pernah berhubungan dengan JNE. Baik itu saat mengirim atau menerima paket.

Ya, bisa dibilang, JNE merupakan merek generik. Lantaran banyak yang ingin mengirim paket, pasti bilangnya ke JNE. Padahal, belum tentu melalui JNE. Itu membuktikan perusahaan ekspedisi ini sangat dikenal di kalangan masyarakat Indonesia.

*       *       *

Saya pribadi tidak terhitung seringnya mengirim atau menerima paket dari JNE. Teranyar, saat transaksi dengan rekan di seberang pulau untuk parfum dan juga boneka horta. Bagi saya, JNE merupakan andalan untuk mengirim paket.

Pasalnya, mereka sudah sangat dipercaya publik terkait pengirimannya yang tepat waktu. Bahkan, saya pernah kirim ke pelosok nun jauh di pedalaman Sumatera, paketnya sampai tepat waktu. Apalagi, harganya tergolong kompetitif dibanding perusahaan ekspedisi sejenis.

Saya tidak bilang mengirim paket melalui JNE itu murah. Namun, saya juga tidak mengatakan mahal. Lantaran seperti kata pepatah, "Ada harga, ada rupa". Alias, kita membayar mahal atas apa yang memang pantas kita dapatkan. Bagi saya, mengirim paket dengan JNE membuat saya tidak khawatir barang yang saya kirim bakal telat. Itu karena sepanjang saya menggunakannya, selalu tepat waktu.

*       *       *


Nah, seiring perkembangan teknologi, JNE pun melakukan banyak inovasi agar tidak tergerus zaman. Salah satunya dengan meluncurkan aplikasi MyJNE untuk menjawab kebutuhan pelanggan. Dengan aplikasi ini, saya bisa mengecek tarif, status pengiriman, lokasi, hingga membuat order online dengan JNE sebagai mediasi pembayaran (COD).

Kebetulan, saya sering bertransaksi di forum jual beli dan toko online. Dengan adanya, MyJNE, kian memudahkan saya untuk memantau aktivitas pengiriman atau saat menerima. Itu bisa saya dapat dalam fitur MyCOD yang mudah diunduh melalui playstore.

Sekadar informasi, bagi rekan-rekan yang belum mengetahuinya, berikut akan saya gambarkan pengalaman saat menginstal MyCOD di ponsel saya. Kebetulan, dalam sepekan terakhir saya sudah mencoba aplikasi tersebut. Jadi, ketika saya menerima order di forum jual beli nanti atau toko online, saya tidak akan khawatir lagi. Itu semua berkat MyCOD yang terintegrasi dalam My JNE.

*       *       *

Pertama dan utama, kita ketik "My JNE" pada playstore. Nanti klik yang paling atas dengan gambar kartun memakai topi.

*       *       *

"Mengirim semakin nyaman dengan My JNE". Demikian motto yang terdapat di aplikasi tersebut.

*       *       *

Berhubung saya termasuk orang yang teliti dan cenderung perfeksionis, saya tidak pernah langsung menginstal suatu aplikasi meski itu saya suka. Melainkan, saya membacanya terlebih dulu dari a sampai z. 
*       *       *
Maklum, di playstore kerap beredar aplikasi palsu yang dibuat semirip mungkin yang menyebarkan virus dan malware yang sangat berbahaya bagi telepon seluler (ponsel).


*       *       *

Setelah mengecek lebih lanjut, ternyata aplikasi My JNE ini memang asli dibuat JNE. Ya, di dunia maya, kita harus waspada. Teliti dan lama sedikit tidak masalah dalam melakukan sesuatu. Dibanding, cepat langsung menginstal, ga tahunya itu aplikasi palsu yang dibuat orang dengan tujuan tidak baik. *pengalaman saudara yang pernah tertipu

*       *       *

Jangan lupa, baca dulu komentar dan ratingnya. Emang penting? Ga terlalu sih, tapi sedikit menentukan. Ternyata, sejauh saya lihat, komentar untuk aplikasi MyJNE itu positif.


*       *       *
Setelah mengunduhnya beberapa detik, tinggal registrasi seperti biasa. Nanti, kalau sudah linknya akan masuk ke email untuk verifikasi.


*       *       *

Yeeee, aplikasi My JNE untuk saya sudah selesai.

*       *       *

Baca-baca dulu panduannya. Apa dan bagaimana tentang MyCOD dalam My JNE. Sekadar tambahan, kalau di forum jual beli online, MyCOD ini bisa disebut Rekening Bersama (Rekber). Apa sih Rekber? Ya, gitu. *saya sering menggunakan, tapi bingung menjelaskan.

Intinya, dengan adanya rekber bisa menjamin keamanan sang pembeli. Agar, sebelum barangnya sampai, penjual (saya) tidak akan menerima pembayaran. Nah, di sini, JNE sebagai mediatornya. Jadi, antara saya, dengan pembeli, harus punya akun di MyCOD. Ini mah gampang mengingat, buyer saya 90 persen pemakai JNE. Kecuali yang kawasan Jabodetabek, biasanya saya kirim sendiri.

*       *       *

Setelah cek dan ricek, baru menuju langkah selanjutnya.

*       *       *

Ada empat item dalam deretan paling bawah. Menu home, peta, MY COD, dan My COD Wallet.

*       *       *

"No Order History Available". Yupz, saya baru menginstalnya, dan kebetulan memang belum ada transaksi dengan rekan di seberang sana. Mungkin baru bisa pertengahan April ini yang membuat saya tidak sabar untuk menggunakan fitur My COD dalam aplikasi MyJNE.

*       *       *

Edit foto dan verifikasi lebih dulu. Oo... Ternyata, foto saya dalam versi thumbnail itu terlihat lebih keren :)

*       *       *

Yupz, aplikasi My JNE sudah berada di ponsel saya. Bersanding dengan beberapa aplikasi favorit lainnya.

*       *       *

Sebagai persiapan, saya coba cek harga. Dari dan ke kota tujuan. Salah satunya Bandung.

*       *       *

Terdapat tiga kategori pengiriman. Dari Rp 9.000, Rp 10.000, dan Rp 15.000. Kalau saya, biasanya pilih yang OKE. Secara, saya sekali kirim bisa mencapai puluhan kg. Beda lagi jika barang yang saya kirim tidak lebih dari lima kg yang tentu memakai YES.

Nah, mudah kan? Aplikasi ini merupakan salah satu inovasi dari JNE untuk memanjakan jutaan pelanggannya di seluruh Indonesia. Sekaligus, My COD ini memudahkan saya dalam memuaskan pelanggan saat bertransaksi dan menarik calon pembeli baru.

https://play.google.com/store/apps/details?id=com.indivara.jneone

*       *       *
- Jakarta, 31 Maret 2016

(Esai Foto) Semarak Wayang Pesona Indonesia 2016

$
0
0




LANGIT di atas kawasan Senayan sore itu, Sabtu (26/3) begitu cerah. Tidak tersisa, badai yang menghampiri pada malam harinya. Ketika sedang asyik menikmati segelas kopi panas di salah satu sektor Stadion Utama Gelora Bung Karno (GBK), notifikasi di ponsel saya berbunyi. Saat melirik, ternyata ada kiriman whatsapp dari rekan blogger yang bekerja di salah satu media.

"Rul, udah dateng ke Parkit?"

"Ga."

"Tumben."

"Emang ada apaan di sana?"

"Kemenpar kan gelar Semarak Wayang. Ada pak Arief juga."

"Oo... Kapan?"

"Sekarang, sampe tengah malam. Kalo sempet lo mampir aja. Gw lagi otw."

"Sip mbak, makasih infonya. Ane ke sana sekarang."
*        *        *

Sambil menghabiskan teguk terakhir kopi tersebut, saya pun melirik jam di ponsel saya. Ternyata, masih ada satu jam sebelum melanjutkan rutinitas pekerjaan. Alhasil, saya berjalan menuju Parkit (Parkir Timur) yang masih satu lokasi di Kompleks GBK. Dari kejauhan, terlihat umbul-umbul dan banner Semarak Wayang Pesona Indonesia berdiri dengan gagah. 
*        *        *

Tampak, beberapa pedagang menggelar dagangannya secara emperan. Ada topi, stiker, dan segala sesuatu mengenai wayang.
*        *        *

"Sering-sering aja deh pak Arief menanggap wayang biar dapur kita tetep ngebul," kata salah satu pedagang saat berbincang dengan saya.
*        *        *



Sesampai di lokasi, tak lupa saya mengisi daftar hadir terlebih dulu.

"Mas dari mana?"

"Blogger, bu."

"Dari komunitas mananya mas?"

"BRId, bu. Blogger Reporter Indonesia."

"Di sini saja isi di list media."

"Ga apa-apa. Saya isi absensinya umum aja."

"Ok deh mas. Ini run-down acara kita. Kaosnya keren mas."

"Terima kasih ya bu."
*        *        *



Saat itu ada dua lembar kertas daftar hadir, media dan umum. Karena saya hadir sebagai masyarakat biasa sekaligus pencinta wayang, tentu saya mengisi absensi pada list umum dengan menulis dari komunitas BRId. Ternyata, saat saya mengaku sebagai blogger mendapat apresiasi dari panitia yang tak kalah dibanding media. 

Seketika, saya jadi teringat dengan salah satu komunitas yang saya ikuti, Tau dari Blogger (TDB) yang sering bekerja sama dengan Pesona Indonesia yang merupakan program dari Kementerian Pariwisata (Kemenpar). Kolaborasi mereka bisa dilihat pada artikel saya sebelumnya (Yuk, Hadiri Sarasehan TDB #2).
*        *        *

"Pak Arief-nya belum hadir mas. Beliau nanti beri sambutan sekitar jam tujuh. Kalau mas ingin sesuatu bisa minta sama kami di sini," tutur salah satu panitia menyebut kehadiran Arief Yahya yang menjabat sebagai Menteri Pariwisata Indonesia pada Kabinet Kerja 2014-2019.

Setelah mengucapkan terima kasih atas keramahan mereka, saya pun berkeliling sejenak. Tampak, beberapa kru sedang mempersiapkan segala sesuatunya di atas panggung. Oh ya, ternyata acaranya sudah dimulai sejak pagi pukul 08.00 WIB dengan menampilkan empat pertunjukkan. Wayang Golek Banten, Wayang Ajen, Wayang Golek Indramayu, dan Wayang Kulit Tuton, Serta, ada beberapa workshop pengenalan wayang kepada masyarakat luas.
*        *        *

"Ini wayang golek, nak."

"Lucu ya ma, bisa digerakkin tangannya."

Demikian percakapan antara seorang ibu dengan anaknya yang berusia (kalau tidak salah tebak) sekitar 5-7 tahunan itu menarik perhatian saya. Senang rasanya melihat antusiasme anak kecil yang menyukai wayang. Kebetulan, saya juga sejak kecil merupakan penggemar wayang. 

Meski tidak mengerti bahasa Jawa dan Sunda, itu bukan halangan bagi saya. Toh, saya tetap bisa menikmati pertunjukkan wayang yang merupakan kebudayaan asli nusantara. Baik menontonnya secara langsung, di televisi, radio, hingga terkini di youtube
*        *        *

Saat melirik ponsel, waktu sudah menunjukkan pukul 17.00 WIB. Itu berarti, saya harus kembali ke kantor untuk melanjutkan rutinitas sehari-hari. Ketika itu, masyarakat mulai berdatangan dengan mayoritas anak sekolah.
*        *        *

Setelah menyelesaikan pekerjaan, pukul 21.30 WIB saya kembali menuju Parkit. Ternyata, pihak Kemenpar yang diwakili Arief sudah pulang usai memberi sambutan. Begitu juga dengan Mumus Muslim (Sekretaris Deputi Pengembangan Pariwisata Nusantara Kemenpar),
*        *        *

Dibanding sore, suasana pada malam hari lebih semarak. Begitu juga dengan para pedagang yang banyak menggelar dagangannya. Kali ini tidak hanya mengenai pernak-pernik wayang saja, melainkan juga aneka makanan dan minuman.
*        *        *

Saat saya tiba, pertunjukkan Wayang Ajen baru berlangsung. Tahun ini merupakan kali pertama saya kembali melihat pementasan wayang. Terakhir kali saya menontonnya di Kota Tua, Jakarta Barat, 29 November lalu yaitu wayang kulit. Sebelumnya saya sempat melihat wayang orang di Gedung Bharata, pada 13 Juni 2015 dengan lakon "Kresna Gugah".
*        *        *

Wayang Ajen merupakan bentuk pertunjukkan kreatif dari wayang golek khas Sunda. Saat itu Dr. Wawan Gunawan jadi dalangnya dengan memanfaatkan kolabroasi berbagai media seni yang kreatif. Jadi tak heran jika dalam berbagai sesi, terdapat beberapa tokoh nyata yang dimasukkan sebagai figuran bersama Si Cepot dan Petruk untuk membahas permasalahan yang ada di negeri ini.

Mulai dari Presiden Joko Widodo (Jokowi) dengan kemeja putihnya yang khas, Bob Marley, hingga artis dangdut! Semua itu dibawakan secara teatrikal oleh satu-satunya dalang di Indonesia yang memiliki gelar S3 ini.
*        *        *

Sebagai pencinta wayang, tentu saya senang dengan ini program yang diselenggarakan Kemenpar ini. Lantaran selain mengenalkan wayang secara luas kepada masyarakat umum, khususnya pelajar dan ramaja. Melainkan karena Semarak Wayang Pesona Indonesia ini bisa menarik perhatian wisatawan luar negeri (wisman) untuk berkunjung ke Indonesia yang tidak hanya memiliki keindahan saja. 

Tapi juga mempunyai keanekaragaman budaya dari Sabang hingga Merauke. Salah satunya, wayang yang diakui UNESCO yang telah saya bahas dalam artikel sebelumnya pada 8 November 2015 (Selamat Hari Wayang Nasional)

*        *        *

Setelah dua jam menyaksikan wayang golek dari Wayang Ajen, saya pun melipir sejenak ke luar panggung untuk mencari makan. Beruntung, ada yang jual nasi kucing dan tempe mendoan.

"Kalau pedagang di sini, mayoritas ikut paguyuban. Jika tidak ada acara wayang, biasanya kami jualan di Lebak Bulus. Jadi, ya berharap sering-sering aja ada pertunjukkan wayang," penjual tersebut menuturkan.
*        *        *

Setelah mencari informasi dengan berkeliling ke pelosok panggung, ternyata Semarak Wayang Pesona Indonesia 2016 ini diselenggarakan PT Visi Inti Prima/Inke Maris & Associates. Yaitu, perusahaan yang bergerak di bidang komunikasi trategis, professional conference organizer dan events management.

"Perkembangan seni budaya yang dipadukan dengan teknologi memiliki peran besar yang memungkinkan sebuah pertunjukkan wayang disajikan secara spektakuler, sehingga budaya tradisional dapat dikemas dengan penyajian modern," kata Inke Maris yang sebelumnya pernah jadi penyiar BBC London dan TVRI. 
*        *        *

Ketika sedang mengunggah foto Semarak Wayang Pesona Indonesia 2016 di facebook dan instagram, muncul notifikasi dari rekan blogger Inge. Wanita yang kini menetap di London itu memberi tahu saya jika saat itu ada sesama blogger, Helmi Budiprasetio sedang siaran streaming di wayangshow.com. 

Sebagai pencinta wayang, tentu saya tidak asing dengan keduanya. Meski tinggal di luar negeri, Inge selalu menyimak segala informasi mengenai budaya Indonesia, termasuk wayang. Begitu juga dengan Helmi yang saya temui di balik panggung. Sejak 2011, saya kerap bertemu dengan pria yang akrab disapa Babeh Helmi ini dalam berbagai pertunjukkan wayang.

*        *        *

DEWI rembulan di atas Kompleks GBK seperti melambaikan tangannya dengan condong ke arah barat. Itu berarti, saya harus benar-benar meninggalkan acara mengingat mata sudah lima watt meski pertunjukkan wayang kulit Tuton Jawa sudah berlangsung seperempatnya. Sambil menyusuri jalan yang mulai sepi, saya menuju tempat parkir untuk memacu sepeda motor.
*        *        * *        *        *

Video Wayang Ajen dalam Semarak Wayang Pesona Indonesia 2016
*        *        * *        *        *
Artikel tentang Wayang:
Selamat Hari Wayang Nasional
Catatan dari Wayang World Puppet Carnival 2013
Yuk, Meriahkan Karnaval Wayang Dunia
Antara Hammer Girl, Palu, dan Senjata Unik dalam Film Lainnya
Rahasia Ki Manteb Soedharsono saat Mendalang
Menelusuri Warisan Budaya di Museum Wayang
Menelusuri Warisan Budaya di Museum Wayang II
E-Wayang: Solusi Mengenalkan Wayang pada Generasi Muda
Resensi Tembang Cinta Para Dewi dari Dunia Wayang
Mengenang RA Kosasih: Inspirasi Komikus Indonesia
Komik, Kenangan Jadul yang Tak Terlupakan
Riwayat Panjang Mainan dari Masa Kecil
Wayang: Seni Budaya dan Imajinasi Anak yang Terlupakan


Heptalogy tentang Sinta:
- Inikah yang Namanya Sinta?
- Sinta Kan Membawamu Kembali
- Lagi Apa dengan Sinta? 
- Aku, Sinta, Kau, dan Dia
- Sinta Ini Membunuhku 

Spin-off:
- Kenapa Harus Kumbakarna yang Gugur?
- Anoman Duta yang Tak Dianggap
- Menggugat Sri Rama
- Hilangnya Mahkota Arjuna Sasrabahu

Artikel Fiksi Wayang Selanjutnya:
- Karna Tanding, Arjuna Tak Sebanding
- Palguna Palgunadi, Istrimu (Harus) Jadi Istriku
- Sembadra Larung: Kisah Cinta dalam Hati
- Sisi Lain Duryudana: Raja Lalim yang Setia pada Satu Istri

Artikel Fiksi Wayang Sebelumnya:
Lelakon ala Astina-Istana
Time Travel dalam Cerita Silat
Jatuh Cinta pada Gadis Bernisial A 
Invasi Tokoh Komik ke Dunia Wayang
Seri Wayang I: Tiwikrama Sri Kresna yang Menggemparkan Alam Semesta
Seri Wayang II: Wisanggeni Menggugat Dewata
Seri Wayang II: Wisanggeni Menggemparkan Khayangan
Seri Wayang II: Wisanggeni Membunuh Batara Kala
Seri Wayang II: Wisanggeni Bertempur Melawan Seluruh Dewata
  
*        *        *
- Jakarta, 2 April  2016

(Esai Foto) Menikmati Waktunya Spotify Bersama Indosat Ooredoo

$
0
0


BUTUH satu dekade bagi Spotify masuk ke Tanah Air. Tepatnya sejak duet Daniel Ek dan Martin Lorentzon mengembangkan layanan musik streaming pada 2006. Dua tahun kemudian, mereka meluncurkannya di negara asal, Swedia, dan 14 Juli 2011 mengembangkan pangsa ke Amerika Serikat (AS).

Sejak saat itu, Spotify jadi salah satu perusahaan aplikasi ternama di dunia hingga akhirnya menyasar pangsa musik Indonesia pada 30 Maret lalu yang berkolaborasi dengan Indosat Ooredoo.
*       *       *

Saya beruntung mendapat undangan untuk menghadiri peluncurannya bersama beberapa blogger di Potato Head Garage, SCBD, Jakarta Pusat, Rabu (30/3).

*       *       *

Kebetulan, lokasinya tidak jauh dari kantor saya di kawasan Stadion Geloran Bung Karno (GBK). Jadi, setelah menyelesaikan pekerjaan, saya bisa langsung mengikuti rangkaian acara.

*       *       *

Setelah registrasi, saya pun langsung menjajal aplikasi Spotify pada perangkat smartphone yang sudah disediakan. Saat memilih lagu, kebetulan ada rekan blogger mas Toro. Langsung saja, pemilik blog cumilebay.com ini segera menjepret saya dari berbagai sisi. 

*       *       *

Selain mas Toro, ada beberapa blogger yang saya kenal turut hadir. Ani Berta, Lidya Fitrian, Dewi Sulistyawati, Yulia Rahmawati, Dian Kelana, Hazmi Srondol, dan Ya Yat.

*       *       *

Setelah ngemil-ngemil ganteng (karena ngopi-ngopi cantik sudah terlalu mainstream) acara pun dimulai pukul 20.30 WIB. Director of Spotify in Asia, Sunita Kaur memberikan sambutan mengenai alasan perusahaannya telat masuk Indonesia.

"Saya sangat senang dengan hari ini. Ini yang kami tunggu sejak lama dan akhirnya bisa berada di sini (Indonesia)," kata Sunita, semringah. "Kami memulainya di Eropa pada 2008, lalu Asia 2013, dan Indonesia jadi negara pertama pada tahun ini. Sejak hari ini, Spotify sudah bisa diunduh dalam bahasa Indonesia." 
*       *       *
Presiden Direktur dan CEO Indosat Ooredoo Alexander Rusli

Sesi selanjutnya, giliran Presiden Direktur dan CEO Indosat Ooredoo, Alexander Rusli. Sosok yang pada 1997-2007 jadi dosen di Universitas Indonesia dan Swiss German University (2004-2005) ini mengungkapkan kerja samanya dengan Spotify sudah direncanakan dua tahun lalu.

"Ini (kerja sama Indosat Ooredoo dengan Spotify) jadi bagian transformasi Indosat Ooredoo sebagai perusahaan digital. Yaitu, dengan menghadirkan layanan musik streaming," kata Rusdi, 44 tahun. "Untuk pelanggan Indosat, bisa menikmati Spotify tanpa batas dengan (paket) Freedom Combo. Kami ingin mengajak semua orang untuk mendengarkan musik tanpa khawatir kuota."

*       *       *
Alexander Rusdi, Sunita Kaur, dan Rudiantara

Selain Sunita dan Rusdi, dalam kesempatan itu turut dihadiri Rudiantara selaku Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Indonesia Kabinet Kerja 2014-2019. Pemilik akun twitter @rudiantara_id ini, mengapresiasi kehadiran Spotify yang bisa memajukan industri musik lokal.

"(Layanan Spotify) harus dimanfaatkan agar bisa mempromosikan musik lokal kita lebih dikenal dunia internasional," Rudiantara, mengungkapkan. "Bagi saya tidak masalah kehadiran Spotify untuk layanaan lokal. Yang terpenting, masyarakat bisa menikmati musik secara legal. Streaming musim seperti ini penting mendukung IPR (Intellectual Property Rights)."

*       *       *
Tulus
Acara dilanjutkan dengan penampilan Muhammad Tulus yang membawakan beberapa lagu. 

*       *       *
Armand Maulana bersama Dian Kelana

"Kang Armand... Mbak (Dewi) Gita mana?"
"Kok ga di bawa?"
"Foto dong kang."
"Mau dong selfie."
"Ih... Meuni kasep euy."
"Eh kang, Gigi (band) ikut manggung ga?"

Demikian sambutan meriah ratusan undangan saat mengetahui kehadiran Armand Maulana. Pelantun megahits 11 Januari bersama bandnya Gigi ini dengan antusias melayani permintaan pengunjung. Termasuk dari beberapa rekan blogger yang hadir.

*       *       *
Tebak, yang mana Hazmi dan Ya Yat?

Ternyata, ada booth untuk cetak foto gratis bagi pengunjung yang mengunggahnya di media sosial dengan tagar #WaktunyaSpotify. Dua di antaranya sudah tidak asing lagi bagi saya. Hazmi yang merupakan pendiri Blogger Reporter Indonesia (BRId) dan Ya Yat selaku blogger khusus otomotif.

*       *       *
DJ Syariah yang bikin heboh

"Wow... Akhirnya mas Dipha Barus perform."

"Gila keren ya."

"Ooh... Itu yang disebut DJ Syariah."

"Eh konon katanya, meski identik dengan dunia malam, dia ga pernah minum (minuman keras) lho.

"Wah alim dong kalo gitu. Eike mau."

"Yeee. Jangankan elo, gue juga mau sama dia."

"Tapi, dia mau ga sama kalian."

Percakapan di sudut panggung terdengar sayup-sayup di telinga saya. Sebagai penggemar musik, tentu saya tidak asing dengan pria yang kerap me-remix lagu-lagu era 1990-an. Namun, baru kali ini saya bisa menyaksikannya langsung.

*       *       *
Penampilan Dipha Barus membuat acara kian meriah

Suasana kian larut seiring dengan lincahnya jari Dipha di atas panggung. Saya melirik jam di telepon seluler (ponsel) sudah menunjukkan pukul 23.30 WIB. Itu berarti, saya harus meninggalkan acara karena subuh harinya sudah kembali bertugas. 

*       *       *

Di balik suksesnya suatu acara ada peran kru yang telah bekerja dengan hebat. 

*       *       *
*       *       *
*       *       *

Sehari kemudian, saya pun mencoba untuk bikin akun Spotify. Kebetulan, sehari sebelum peluncuran, saya telah menulis artikelnya pada Selasa (29/3) yang berjudul Kolaborasi Indosat Ooredoo dan Spotify demi Manjakan Pencinta Musik lewat #FreedomMusic.
.
*       *       *

Sesuai prediksi saat itu, Spotify menyediakan dua pilihan untuk pencinta musik di Indonesia. Pertama, kita bisa menikmatinya secara gratis dengan pilihan lagu terbatas dan acak, tidak bisa disimpan lagunya, dan ada iklan. Sementara, jika kita ingin menikmati lagu secara bebas hingga 30 juta lagu dari berbagai musisi, album, genre, dan sebagainya, serta bisa disimpan dengan kualitas audio terbaik dan berurutan, kita bisa ambil pada pilihan kedua yang berbayar (premium).

*       *       *

Untuk premium, harga per bulannya Rp 49.990 yang bisa dibayar dengan berbagai pilihan. Mau lewat kartu kredit, transfer bank, tunai, hingga internet banking.

*       *       *


Kebetulan saya pengguna Indosat Ooredoo melalui kartu prabayar IM3 sejak 2003 dan mulai mengaktifkan paket Freedom Combo pada Januari lalu. Otomatis, saya langsung menuju laman https://indosatooredoo.com/id/personal/freedommusic.


*       *       *

Kolaborasi Spotify dengan Indosat Ooredoo ini benar-benar memanjakan pelanggannya. Lantaran, saya sebagai pengguna IM3 mendapat banyak keuntungan. Salah satunya, diskon langganan Spotify dari Rp 49.990 jadi hanya Rp 39.990. 

*       *       *


Oh ya, diskon 20 persen itu karena saya menggunakan Freedom Combo paket M. Untuk yang paket XL dan XXL bahkan diskonnya mencapai 50 persen! Alias, pelanggan Indosat Ooredoo yang ingin menikmati Spotify setiap bulan cukup bayar Rp 24.999. Yupz, itu jadi alasan Indosat Ooredoo mengkampanyekan #FreedomMusic.

*       *       *


Untuk mengaktifkannya tinggal ketik *123# dari ponsel kita. Ya, mudah dan menyenangkan untuk menikmati 30 juta lagu legal yang berarti kita turut membantu musisi sekaligus melawan pembajakan..

*       *       *

Setelah registrasi selesai dengan verifikasi email, tinggal utak-atik lagu favorit kita.

*       *       *

instal atau web risalah hati
Oh ya, Spotify bisa didengarkan langsung via web-nya di laman https://play.spotify.com/browse. Atau, kita bisa mengunduh aplikasinya di komputer masing-masing seperti yang diulas Ani melalui artikel di blognya.

Saya pribadi sudah mengunduhnya di laptop sekaligus untuk mencari lagu dan menentukan playlist. Sebagai bagian dari generasi emas 1990-an, sudah pasti saya memilih Dewa dengan album Bintang Lima. Lirik Risalah Hati membuat pagi itu pada awal April jadi cerah.

"Aku bisa membuatmu
Jatuh cinta kepadaku
Meski kau tak cinta, kepadaku
Beri sedikit waktu biar cinta datang karena telah terbiasa"

*       *       *

Selain di web dan aplikasi di komputer, Spotify juga bisa diunduh di ponsel. Kebetulan ukurannya relatif kecil, hanya 26,67 MB. Jadi, saya juga dapat menyimpan beberapa lagu hits untuk dimasukkan dalam berbagai playlist. Salah satunya, Dua Sedjoli yang dilantunkan Elfonda Mekel sukses membuat saya kian semangat menjelang beraktivitas.

"Hawa tercipta di dunia
Untuk menemani sang Adam
Begitu juga dirimu
Tercipta..."

*       *       *
Artikel terkait:
*       *       *
- Jakarta, 4 April 2016

(Esai Foto) Wings Journalist Award: Ketika Blogger Bersanding dengan Jurnalis

$
0
0



RINAI yang membasahi ibukota pada Kamis (31/3) tidak membuat jalanan lenggang. Sebaliknya, kemacetan kian bertambah akibat banyak pengemudi sepeda motor yang berteduh di kolong jembatan tanpa memerdulikan kendaraan lain di belakangnya.

Sambil mengendarai roda dua kesayangan, saya pun membelah jalan menuju kawasan Senayan, Jakarta Pusat. Yupz, setelah berpeluh ria antara keringat akibat macet dengan tetesan sang dewi hujan, akhirnya saya tiba di lantai lima dari mal elite tersebut.


*       *       *

Sesampainya di Lounge XXI Plaza Senayan untuk registrasi, saya pun melirik jam di ponsel, ternyata baru pukul 09.50 WIB. Berarti, masih ada waktu 10 menit sebelum acara dimulai.

*       *       *

"Silakan langsung masuk mas," ujar Dadan Sutiana perwakilan dari Wings Corp. Oh ya, blogger pemilik blog www.dadansutiana.blogspot.co.id ini sempat saya panggil "mbak". Tepatnya ketika Dadan memberi informasi acaranya sehari sebelumnya. Maklum, saat itu, kebetulan saya sedang di jalan jadi tidak terlalu fokus.

*       *       *

Mata saya langsung tertuju pada botol minuman raksasa berwarna oranye. Oh ya, Floridina merupakan minuman kemasan dengan bulir jeruk asli dari Florida produksi Wings Food. Kebetulan, saya tidak asing lagi dengan perusahaan yang didirikan sejak 1949 ini. Maklum, saya dan keluarga memang kerap menggunakan produk mereka. Mulai dari mie, kopi, pewangi, sabun, hingga deterjen.

*       *       *

Seusai puas memotret ke seluruh penjuru dari ruangan serbaguna bioskop ini, saya pun larut dalam perbincangan bersama beberapa rekan blogger. Ada Ani Berta yang merupakan mentor saya diikuti Dewi Sulistyawati, Agung Han, Elisa Koraag, dan Suci Risalah. Kehadiran kami untuk mengikuti tiga rangkaian acara.

1. Workshop Perkembangan Strategi Komunikasi Pemasaran Digital dan Prakteknya dalam Industri
2. Peluncuran Web Series Perdana F.O.G Mission
3. Penganugerahan Wings Journalist Award 2016

*       *       *

Sesi pertama dibuka Hifni Alifahmi mengenai teknik pemasaran suatu produk yang dikolaborasikan dengan sosial media. Pakar komunikasi dari Universitas Indonesia ini mengungkapkan, "Suatu produk yang ingin diiklankan harus dikemas dengan sangat teliti. Agar, setelah dipasarkan bisa jadi cerita seperti halnya Floridina yang memiliki ciri khas di mata konsumen (masyarakat). Yaitu, jeruknya asli dari Florida."

*       *       *

Selanjutnya, giliran Robin Malau. Saya agak gimana gitu, lupa-lupa ingat dengan sosok yang identik memakai kaca mata ini. Setelah pikir sejenak akhirnya saya ingat. Ternyata, Robin merupakan eks gitaris Puppen. Waktu masih membaca Hai pada pertengahan 1990-an, saya tidak asing dengan band tersebut hingga akhirnya agak menyayangkan ketika Marcell Siahaan memilih solo karier.

"Untuk bertahan di dunia digital seperti saat ini, kuncinya pada kreativitas dan pemahaman (bekerja)," tutur pemilik akun twitter @lowrobb ini. "Saya berbicara begini karena saya sudah mengalaminya langsung saat bekerja di tim twitter Indonesia dan Google Hangout. Selain itu, inovasi juga sangat penting demi perkembangan produk atau perusahaan lebih dikenal."

*       *       *

Sesi pertama diakhiri penjelasan Aristo Kristandyo, Group Head of Marketing Beverages Wings Food. Sosok yang sudah saya temui pada tiga acara berbeda sepanjang 2015 itu menerangkan secara gamblang korelasi produknya, Floridina, dengan pembuatan web series.

"Ini berdasarkan kami melihat perkembangan komunikasi digital yang sangat pesat. Maka, Floridina menerapkan new way of marketing campagin berupa web series dengan gamification yang membuat penonton bisa memilih jalan cerita video yang ditontonnya," Aristo, menuturkan. "F.O.G Mission menyampaikan nilai bahwa setiap orang harus memiliki keberanian untuk memperjelas kualitas dirinya meski harus melalui berbagai rintangan. Ini sesuai dengan brand story Floridina, yaitu 'Jelas asalnya, jelas kualitasnya'."

*       *       *


Dalam kesempatan itu, Aristo juga memperkenalkan David Budiatmadja yang jadi sutradaranya.

*       *       *

Untuk bisa menyaksikan web series yang berjumlah 13 episode dengan durasi 5-7 menit ini, kita bisa menyimak di www.floridina.com atau di laman youtube Wings Indonesia

*       *       *

Ternyata, salah satu pemain dari web series itu merupakan mc pada acara berlangsung! Duh, saya baru tahu setelah memasuki 3/4 acara, yaitu Ricky Wattimena. Tiga pemeran lainnya yaitu, Velove Vexia, Surya Lee, dan Harold Pama yang juga turut hadir dan duduk tepat di belakang kursi saya.

*       *       *

Aristo juga mengungkapkan sejarah berdirinya Wings Corp atau PT Sayap Mas Utama yang berdiri sejak enam dekade lalu hingga kini menjelma jadi salah satu perusahaan terkemuka di Indonesia.

*       *       *

Konsistensi dan inovasi membuat Wings Corp memiliki 38 brand yang hadir dalam empat kategori: Home Care, Fabric Care, Personal Care, dan Food-Beverages. Dari Sabang sampai Merauke, siapa sih yang tidak memakai Wings?

Top Coffee merupakan salah satu teman saya dalam begadang menyelesaikan pekerjaan, Kecap Sedaap sahabat semua masakan, Mie Sedaap bisa disebut sebagai mi instan sejuta umat bagi saya. Sementara, di dapur tersedia So Klin, Super Sol, Zync, hingga Kodomo yang merupakan shampoo sejak kecil. 

*       *       *

Sebagai salah satu perusahaan raksasa di Indonesia, Wings tidak ketinggalan untuk memberikan penghargaan edukasi. Salah satunya dengan menyelenggarakan Wings Journalist Award. Yaitu, apresiasi untuk jurnalis dan blogger. Yupz, saya salut dengan Wings yang menyamakan kami, para blogger untuk bersanding dengan jurnalis.

Berikut, enam kategori Wings Journalist Award:
- Best Content
- Best Historical View/Cultural Content
- Best Business Feature
- Best Lifestyle Feature
- Best Photo
- Best Blog Writing

*       *       *

Ternyata, ada karya milik rekan blogger yang bersanding dengan jurnalis dalam kategori foto. Yaitu, Cahyanto Chan yang memiliki alamat di www.ngapak.id.

*       *       *

Pada sesi pamungkas, Dewi keluar sebagai juara satu bersama Agung (runner-up). Keduanya memang dikenal sebagai blogger yang konsisten dalam menulis. Bahkan, hari itu kali ketiga secara beruntun saya bertemu Dewi di tempat yang berbeda. Untuk Agung, saya sudah tidak asing lagi karena dalam beberapa tahun terakhir rutin mengikuti acara blogger.
*       *       *

Menjelang acara berakhir, ada lima doorprize untuk peserta yang hadir. Ani disebut pertama karena jadi penanya terbaik. Di sisi lain, saya sempat kaget ketika nama saya juga disebut dalam pengundian tersebut. Ternyata, saya jadi salah satu yang beruntung bisa membawa pulang voucher yang kebetulan malam harinya dipakai untuk belanja akhir bulan.

*       *       *

Setelah pengundian doorprize, acara pun berakhir. Saya masih singgah di Lounge tersebut untuk berbincang dengan beberapa rekan blogger. Ketika melirik waktu di ponsel yang sudah menunjukkan pukul 13.30 WIB, saya mengundurkan diri karena harus kembali bekerja.

Dari teras Plaza Senayan, langit tampak cerah. Saya pun menyusuri jalan menuju Kompleks Stadion Utama Gelora Bung Karno (GBK) yang letaknya hanya beberapa meter. 

*       *       *


*       *       *
- Jakarta, 6 April 2016

Tujuan dan Fungsi Modifikasi Motor

$
0
0

SORE itu pada pertengahan Maret di kawasan Parkir Timur (Parkit) Senayan yang tidak jauh dari kantor saya, ramai dihadiri berbagai komunitas sepeda motor. Mayoritas mereka menggunakan sepeda motor jenis bebek dengan modifikasi yang menarik.

Seketika, saya jadi teringat ketika masih zaman abege dahulu kala -dahsyat bahasanya!- yang sering memodifikasi kendaraan roda dua. Saat itu, populer dengan jenis Ayago, alias ayam jago di bagian depan. *Ah sudahlah, nostalgilanya.


*        *        *
BAGAIMANA meningkatkan performa kendaraan roda dua yang kita punya? Salah satunya, merombak tampilan sepeda motor dengan melakukan perubahan agar tampak menjadi baru. Sehingga, dapat dimaksimalkan untuk meningkatkan kinerja dan tampilan kendaraan roda yang kita miliki.

Banyak orang yang lebih senang menggunakan kendaraan yang sudah dimodifikasi. Dengan melakukan perubahan, tentu akan mengetahui tujuan dan juga fungsi dari kendaraan tersebut. Sebagai pengguna sepeda motor sejak akhir 1990-an, atau ketika masih berseragam putih-biru, saya memiliki beberapa pengalaman modifikasi. Berikut, saya coba jelaskan sedikit mengenai tips modifikasi motor dengan mengetahui tujuan dan fungsinya seperti di bawah ini:

1. Memaksimalkan Kinerja
Kita dapat menggunakan perubahan pada beberapa bagian kendaraan roda dua ini. Tujuannya untuk memaksimalkan kinerja dari kendaraan tersebut agar lebih maksimal. Tentu saja apabila dilakukan perubahaan bakal membuat sepeda motor kita lebih nyaman, aman, dan irit. Dengan demikian, sudah pasti tidak akan mudah capek saat mengendarainya untuk bepergian. Sekaligus, saat menjalani segala aktivitas yang dilakukan jadi lebih mudah dan optimal.



2. Tampilan
Sebagai pria, penting bagi saya untuk menjaga penampilan diri dan juga sepeda motornya. Maklum, karena kendaraan roda dua ini yang akan menemani saya sehari-harinya. Baik itu, terkait pekerjaan, blogger, jalan-jalan, kondangan -kapan giliran ngundang?-, atau nongkrong bersama teman. Hal ini karena dalam menjalani perubahan pada beberapa bagian sepeda motor tentu ada fungsinya. Misalnya saja perubahan pada bagian spion yang dilakukan untuk membuat kendaraan ini lebih nyaman. Terlebih, ketika digunakan melihat kendaraan lainnya yang berada di belakang.



3. Penggunaan Aksesoris
Dalam menggunakan aksesoris kendaraan roda dua sudah pasti tujuannya demi membuat tampilan jadi lebih keren atau manis. Apabila dilakukan bakal membuat sepeda motor kita -kita, aku dan kamu, #eaa- terlihat lebih keren. Dengan demikian bakal membantu dalam meningkatkan rasa kepercayaan diri. Terlebih bagi orang yang menggunakan kendaraan itu setiap harinya. Untuk itu, gunakan tips modifikasi sepeda motor yang sesuai dengan aturan agar lebih aman. Jangan memasang aksesoris yang berlebihan. Seperti, ban diceperkan hingga sulit berjalan. Ya, tahu sendiri jalanan ibu kota seperti apa. Sudah banyak polisi tidur, lobang yang menganga, dan pak ogah. *abaikan yang terakhir

4. Perubahan Sepeda Motor yang Lama
Disarankan ketika Anda ingin menjalani perubahan pada kendaraan roda dua, hendaknya menggunakan yang lama seperti saya yang modif sepeda motor keluaran awal 2000-an. Dengan demikian, bakal memberi kemudahan dalam mendapatkan tampilan sepeda motor tersebut agar lebih menarik dan bagus. Namun, bila Anda menggunakan kendaraan tersebut dengan yang baru, dikhawatirkan merugikan karena dapat mudah rusak. Mending kalau belinya cash atau masa kreditnya selesai. Nah, kalau baru kredit satu bulan terus dimodif, apa kata dunia?

5. Menggunakan Bahan yang Aman
Membuat perubahan pada sepeda motor yang kita punya secara pribadi tentu saja tidak masalah. Asal jangan punya tetangga atau orang lain yang bisa-bisa digetok yang punya nanti. Yang terpenting dalam memodifikasi, hendaknya menggunakan standar keamanan. Misalnya saja, kita tidak ingin menggunakan standar dari pabriknya. Namun tetap harus memperhatikan mengenai keamanan dari sepeda motor tersebut. Dengan demikian, akan memaksimalkan kita saat mengendarainya.

Demikian, tips modifikasi motor yang saya share dengan tidak meninggalkan standar keamanan yang dimiliki kendaraan roda dua tersebut. Sampai jumpa pada artikel selanjutnya yang semoga saja bisa bermanfaat.

*        *        *
Artikel Terkait:
- Tujuh Perlengkapan Mudik yang Harus Dibawa dengan Sepeda Motor
- Pentingnya Helm untuk Keselamatan saat Mengendarai Sepeda Motor
- Menguak Rahasia Tong Setan
- Ketika Polwan Beraksi di Atas Moge
-

*        *        *
- Jakarta, 7 April 2016

Aplikasi OrangeKu bikin Mudah Cek Jadwal Pertandingan Sepak Bola

$
0
0

Aplikasi OrangeKu di Google Play Store

ORANGE TV tidak hentinya mengeluarkan inovasi seiring perkembangan teknologi. Setelah sukses dengan Genflix yang merupakan produk OTT (over the top) terkemuka di Tanah Air, mereka merilis aplikasi mobile terbaru. Yaitu, "OrangeKu" yang memudahkan pelanggannya untuk memanfaatkan serta mengakses seluruh informasi dan layanan yang ditawarkan OrangeTV dengan menggunakan smartphone atau tablet.

Aplikasi "OrangeKu" ini terbagi dua. Pertama, untuk pelanggan -termasuk saya- yang memudahkan saat mengecek saldo, isi ulang, atau mengaktifkan paket. Bahkan, kita bisa melihat jadwal pertandingan sepak bola ter-update setiap pekan hanya dalam satu aplikasi.

Bagi saya, ini sangat memudahkan mengingat di kantor memang berlangganan Orange TV. Untuk menggunakan aplikasi ini, sangat mudah dengan mengunduhnya di Google Play Store pada link https://goo.gl/kLa6rS.

Sementara, untuk mitra atau dealer EPOT, aplikasi ini juga sangat berguna. Terutama jika mereka ingin melakukan TOPUP saldo pelanggan, aktivitas paket pelanggan, menambah sub-agent, dan kirim deposit.

Itu diungkapkan Commercial Director OrangeTV, Greeny S Dewayanti, "OrangeKu kian mendekatkan pelanggan dengan Orange TV dan pelanggan dapat langsung berinteraksi dengan Orange TV."

Bagaimana cara menggunakannya? Ya, kita cukup mengunduhnya (baca: download/instal) di Play Store. Setelah itu, kita login dengan menggunakan id Orange TV untuk mendapat kode verifikasi. Selanjutnya? Ya, diutak-atik sendiri. Mudah banget.


*        *        *
OH ya, OrangeKu ini sekilas tampilannya sederhana. Namun, fiturnya benar-benar fungsional yang memanjakan kita. Khususnya bagi penggemar sepak bola yang enggan ketinggalan mengecek jadwal. Maklum, memasuki pertengahan April jadi momen puncak bal-balan di Eropa. Entah itu Seri A Liga Italia, Liga Primer Inggris, La Liga Spanyo, dan yang tak ketinggalan UEFA Liga Champions.

Jadi, selain kita -aku dan kamu?- bisa melakukan isi ulang, cek saldo, dan sebagainya, sekaligus untuk cek jadwal. Ya, intinya aplikasi OrangeKu memudahkan kita untuk mengetahui segala informasi terkait Orange TV.

"OrangeKu mengingatkan Orangers -julukan untuk pelanggan Orange TV- akan jadwal acara yang disukai, kemudahan Top Up, dan memilih paket sekarang dalam genggaman," ujar Dewayanti saat meluncurkan aplikasi ini pada Kamis (7/4),

Nah, khusus untuk pelanggan setia Orange TV dalam rangka launching OrangeKu, kita bakal langsung mendapatkan bonus saldo Rp 5.000 jika sudah melakukan pendaftaran dan berhasil login ke menu utama. Tidak hanya itu, yang menariknya lagi, pelanggan yang mengaktifkan paket melalui OrangeKu dengan paket apa pun akan mendapatkan bonus saldo Rp 50.000.

Sekadar informasi, Orange TV merupakan televisi berbayar yang dikelola PT Mega Media Indonesia (Sinar Mas Group) yang beroperasi sejak Maret 2012. Awalnya, saya hanya tahu layanan mereka ketika menyaksikan berbagai program hiburan dan edukasi seperti FOX, Disney Channel, HBO, serta National Geographic.

Seiring waktu, mereka mulai merambah ke pasar penggemar olahraga di Indonesia yang memang banyak, khususnya sepak bola. Itu mengapa saya yang setiap hari berkecimpung di dunia olahraga, sangat senang mantengin Orange TV untuk menyaksikan Bein Sport, Fox Sport, Quad Sport, dan Outdoor Channel.

Puncaknya ketika Orange TV turut menyiarkan Liga Primer Inggris sejak 2013/14 yang bikin saya tambah alasan untuk selalu menyimaknya. Kebetulan, saat itu yang juara Manchester City setelah sukses melewati Liverpool dan Chelsea dalam perebutan gelar yang sangat sengit. Itu mengapa Orange TV dikenal publik sebagai jagoannya hiburan bermutu.

*       *        *
Saya dan beberapa menyaksikan pertandingan Liga Inggris via Orange TV
*       *        *
Dan... Ternyata, saudara-saudara, Barcelona tersingkir

*       *        *
Artikel sebelumnya:
- Jadi Sutradara dalam ProjecTV Genflix
- Genflix Puaskan Penggemar Seri A
- Piala Amerika dalam Genggaman Bersama Genflix
Grand ITC Permata Hijau bikin Kontes Modifikasi

*        *        *
- Jakarta, 9 April 2016
Viewing all 498 articles
Browse latest View live